MAKALAH
MODEL-MODEL KONSELING
Tentang
KONSELING RASIONAL EMOTIF
Oleh :
FAUZI
NPM: 11060206
Dosen Pembimbing :
Dra. Mellyarti Syarif, M.Pd,
Kons
Septia Suarja, S.Pd
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2013
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Konseling Rasional Emotif.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah keharibaan junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang
benderang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata
kuliah Model-Model Konseling yang telah memberi kepercayaan kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini, juga terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan
yang mana tak terlepas dari kekurangan penulis sendiri yang masih perlu banyak
belajar. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Padang,
08 November 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
D. Manfaat ............................................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A. Pengantar Konseling Rasional Emotif............................................... 4
B. Pandangan Tentang Manusia............................................................. 5
C. Teori Kepribadian ............................................................................. 6
D. Teori A B C D E .............................................................................. 7
E. Perkembangan Kepribadian Salah
Suai ............................................ 8
F. Tujuan Konseling .............................................................................. 9
G. Karakteristik Konselor ..................................................................... 10
H. Teknik Konseling ............................................................................. 11
H. Kekuatan/Kelemahan Konseling
Rasional Emotif ........................... 14
I. Analisis Kasus Berdasarkan
KOREM ............................................. 15
BAB
III PENUTUP .......................................................................................... 18
A. Kesimpulan....................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah
Manusia
dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada
hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau
logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak
rasional atau tidak logis.
Konseling yang
merupakan bentuk bantuan secara langsung antara dua orang atau lebih sehingga
masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dapat terselesaikan sehingga tidak
menghalangi konseli dalam meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Di dalam proses
konseling, konselor harus menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan
karakteristik masalah dari konseli. Salah satu dari pendekatan konseling
adalah rasional emotif terapi. Rasional emotif terapi merupakan teknik yang
dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai salah satu bentuk perubahan dari
pendekatan-pendekatan yang sudah ada pada saat itu. Pendekatan rasional
emotif merupakan pendekatan yang berbeda, dimana pendekatan ini menekankan
kepada faktor kognisi, perilaku dan perbuatan. Rasional emotif pada umumnya dipakai
oleh konselor ketika menghadapi jenis konseli yang mengalami masalah yang
disebabkan oleh pikiran irrasional. Pikiran-pikiran irrasional yang menyebabkan
timbulnya suatu perbuatan atau perasaan yang salah tersebut oleh rasional
emotif akan dilakukan perubahan yang mendasar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1.
Bagaimana
pandangan tentang manusia dalam teori konselig rasional emotif ?
2.
Bagaimana
teori kepribadian dalam teori ini ?
3.
Apa
yang dimaksud teori A B C D E ?
4.
Bagaimana
perkembangan kepribadian salah suai dalam teori konseling rasioanal emotif ?
5.
Apa
tujuan konseling rasional emotif ?
6.
Apa
karakteristik konselor dalam teori ini ?
7.
Apa
kekuatan dan kelemahan KOREM ?
C.
Tujuan
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang
masalah, rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
tentang konsep Konseling Rasional Emotif.
2. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
tentang teori A B C D E.
3. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
tentang tujuan Konseling Rasional Emotif.
4. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
tentang karakteristik Konseling Rasional Emotif.
5. Memberikan pemahaman dan pengetahuan
tentang kekuatan/kelemahan Konseling Rasional Emotif.
D.
Manfaat
Penulisan
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori Konseling
Rasional Emotif baik bagi mahasiswa sebagai calon konselor maupun bagi pembaca
lainnya.
BAB II
KONSELING
RASIONAL EMOTIF
A. Pengantar Konseling Rasional Emotif
Pelopor dan
sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert Ellis, menurut
pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif berasal dari aliran pendekatan kognitif
behavioristik. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET
merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian menetap
di New York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau telah sembilan
kali dimasukkan ke hospital karena nephiritis dan seterusnya mendapat penyakit
renal glycosuria pada umur 19 tahun dan kencing manis pada umur 40 tahun.
Walaupun begitu beliau menikmati kehidupan yang aktif karena beliau berfikiran
positif terhadap masalah kesehatannya dan senantiasa menjaganya. Menyadari
beliau boleh mengkonseling orang dengan baik dan gembira melakukannya, beliau
mengambil keputusan untuk menjadi ahli psikologi. Selepas delapan tahun tamat
pengajian kolej, beliau memasuki program psikologi klinikal di Maktab Perguruan
Columbia. Beliau mulai menjalankan konseling perkawinan, konseling keluarga dan
terapi seks. Ellis percaya psikoanalisis adalah membentuk psikoterapi yang
mendalam. Beliau telah dilatih dalam psikoterapi di Sekolah Karen Horney. Dari
tahun 1947 hingga 1953 beliau memperaktikan analisis klasik dan psikoterapi
berorientasikan analisis.
Selepas membuat kesimpulan bahan psikoanalisis adalah bentuk rawatan yang
tidak saintifik dan superficikal, beliau coba mengkaji beberapa sistem yang
lain. Pada awal 1955 beliau mengabungkan terapi humanistik, falsafah dan
tingkah laku untuk membentuk terapi rasional-emotif (yang sekarang dikenal
sebagai terapi rasional emotif tingkahlaku). Ellis dikenal sebagai bapak teori
RET. Ellis telah membina teori berasaskan kepada kognitif tapi selepas itu
beliau telah meluaskan asas teorinya yang memasukkan konsep tingkah laku dan
emosi. Teori ini adalah satu usaha yang konsisten untuk memperkenalkan
pendekatan pemikiran logika dan proses kognitif di dalam konseling. Ellis
percaya bahwa manusia mempunyai pemikiran dan kepercayaan yang tidak rasional
perkara ini lah yang selalu menyebabkan gangguan emosi.
Rasional emotive
adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah
subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya.
Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu
kesatuan yang berarti manusia bebas berpikir, bernafas, dan berkehendak.
B.
Pandangan Tentang Manusia
Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang diajukan
oleh Albert Ellis, yang mewarnai teori Rational Emotive ialah sebagai berikut:
1)
Manusia
dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada
hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau
logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak
rasional atau tidak logis. Kedua kecendrungan yang dimiliki oleh manusia
ini akan tampak jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata.
Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa apabila sesorang telah berpikir
rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan
bertingkah laku rasional dan logis pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang
itu berpikir yang tidak rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka
ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional. Pola berpikir semacam inilah oleh
Ellis yang disebut sebagai penyebab bahwa seseorang itu mengalami gangguan
emosional.
2)
Pikiran,
perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses yang satu dengan
yang lainnya tidak dapat dipisahkan. RET memandang bahwa manusia itu tidak akan
bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya. Perasaan seseorang senantiasa melibatkan
pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu melibatkan pikiran dan perasaan
seseorang.
3)
Individu
bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasannya, serta
potensi mengubah pandangan dasar dannilai-nilai yang diterimanya secara tidak
kritis. Individu itu dilahirkan dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia
memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat
unik. RET memandang bahwa individu itu memilikipotensi untuk memahami
kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-keterbatasannya itu. Namun, di sela-sela
kelebihan dan keterbatasan itu individu harus memiliki potensi
untuk berpandangan yang rasional dan realistik, agar individu itu mampu
melakukan adaptasi diri dengan baik.
C.
Teori Kepribadian
1.
Perkembangan
kepribadian :
a.
Manusia
tercipta dengan :
1)
Dorongan
yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri.
2)
Kemampuan
untuk self-destructive (SD), hedonis buta, dan menolak
aktualisasi diri
b.
Individu
sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible).
Keadaan seperti ini terlebih – lebih lagi terjadi pada masa anak-anak.
2.
Mekanisme
tingkah laku:
a.
Berkenaan
dengan suatu kejadian atau peristiwa (A) yang diikuti oleh perasaan tidak enak (P) individu
memiliki dua kemungkinan (B) : berpikir rasional
atau tidak rasional.
b.
Ciri-ciri
irrasional belief (iB)
:
1)
Tidak
dapat dibuktikan
2)
Menimbulkan
perasaan tidak enak ( seperti kecemasan ) yang sebenarnya tidak perlu.
3)
Menghalangi
individu kembali ke kejadian awal (A) dan mengubahnya.
D.
Teori A B C D E
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian
dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang
membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal
dengan konsep atau teori ABC.
1.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah
laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa,
dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2.
Belief
(B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang
rasional (rational belief atau rB)
dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional
belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau
system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi
prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system
berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak
produktif.
3.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau
reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event
(A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan
oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun
yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus
ABC ini. Seorang terapis harus melawan (dispute;
D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak
(effects; E) psikologis positif dari
keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian
karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”.
Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami
depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan
kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka yang
negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis
mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus
mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu
kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita
yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.
C. Perkembangan
Kepribadian Salah Suai
Dalam perspektif pendekatan
konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku
yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional :
(a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan,
kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu
untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu
berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini
dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu tergantung
pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat
memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu
melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irasional :
(a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh
orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam
kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka
patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa
dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan
yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah
untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk
mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul
dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit
sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa
lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan
perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai
derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang
menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai
manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan
individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
D. Tujuan Konseling
Rasional Emotif
Memperbaiki dan merubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang
irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien
dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin
melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan
emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Tiga tingkatan insight (wawasan) yang perlu dicapai
klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika
klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan
penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang
peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent
event/kejadian sebelumnya) pada saat yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika
konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat
ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang
diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat
konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan
lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan
keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki
keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri
sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak
lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu
di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10)
menerima kenyataan.
E. Karakteristik
Proses Konseling Rasional-Emotif
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan
konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan
memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang
dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan
masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan
konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar
keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan
konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya
perubahan tingkah laku klien.
F. Teknik Konseling
Rasional Emotif
Pendekatan konseling rasional
emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan
behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud
antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Teknik-Teknik Emotif
(Afektif)
a.
Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk
melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b.
Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan
berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu
suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c.
Imitasi
Teknik untuk menirukan secara
terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
2.
Teknik-teknik Behavioristik
a.
Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke
arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan
menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun
punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan
kepadanya.
b.
Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah
laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup
dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru),
mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma
dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh
konselor.
3.
Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments, Teknik yang dilaksanakan dalam
bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan
menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang
diharapkan.
Dengan tugas rumah yang
diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan
tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien
dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri
serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
c. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian
klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan
melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan
asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal
yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang
lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri;
dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif
yang cocok untuk diri sendiri.
G. Kelebihan dan
Kekurangan
Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert
Ellis mempunyai Kelebihan sebagai berikut:
1.
Rasional
Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti
rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien anut.
2.
Rasional
Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh
klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
3.
Rasional
emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.
4.
Rasional
emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi sendiri tanpa
intervensi langsung dari terapis.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1.
Rasional
emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada
hal-hal yang tidak diperhatikan.
2.
Rasional
emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga
klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.
3.
Klien
dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan
menerima pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau
menginternalisasi ide-ide baru.
4.
Kurang
memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.
G. Contoh Kasus
Prabawa adalah seorang siswa suatu SMA di kota besar,
kelas II, semester kedua, program studi IPS. Dia tinggal bersama orang
tuanya,yang mendukung cita-citanya menjadi seorang guru akutansi. Prabawa berharap
dapat diterima di FKIP Negeri di kotanya sendiri, dan telah berusaha sejak
kelas I supaya nilai rata-rata dalam rapor setiap semester minimal 7. Dalam
usaha ini dia berhasil. Selain itu, sejak kelas II dia juga berhasil dalam
mengikat hati seorangsiswi yang duduk di kelas yang sama. Mereka sudah biasa
pergi rekreasi bersama, meskipun pihak putri terpaksa main backstreet karena orang tuanya belum
mengizinkan untuk berpacaran. Pada awal semester kedua siswi mengatakan bahwa
orang tuanya telah mengetahui petualangannya dan memarahi dia; bahwa mereka
mengancam ini dan itu. Siswi itu merasa terpaksa memutuskan hubungan karena dia
tidak berani melawan orangtua. Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan
berpikir:“Apa gunannya meneruskan hidup di dunia ini? Saya tidak rela dicintai oleh
gadis lain ataupun mencintai gadis lain. Hanya yang satu ini menjadi idaman
saya! Sumber semangat belajarku dan pendukung cita-citaku sudah lenyap!”. Prabawa
bolos sekolah selama satu minggu. Ketika masuk kembali, dia dipanggil oleh
konselor di sekolahnya.
Langkah Langkah Pelaksanaan Konseling:
1.
Membangun
hubungan pribadi dengan Prabawa. Di sini konselor menjelaskan alasan Prabawa
dipanggil, yaitu selama seminggu tidak masuk sekolah tanpa ada kabar, dan
bertanya apakah ada sesuatu yang ingin dibicarakan berkaitan dengan hal
tersebut.
2.
Mendengarkan
dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan Prabawa. Dia mengutarakan
bahwa semangat belajar telah hilang, setelah mengalami pukulan yang berat,
gara-gara pacarnya yang tersayang memutuskan hubungan percintaan. Pacarnya
adalah teman siswi sekelas yang selama satu tahun sering mau diajak pergi
berdua,tetapi tiba-tiba mengundurkan duru setelah dimarahi oleh orangtuanya. Padahal,
katanya tidak ada gadis lain yang pantas dicintai. Prabawa beranggapan bahwa
masa depannya menjadi sangat suram dan tidak ada sumber inspirasi lagi
yang mendukung cita-citanya menjadi guru akutansi di sekolah menengah (pikiran
irrasional).
3.
Mengadakan
analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai kaitan antara
A,B,C. Konselor akan menaruh perhatian khusus pada pikiran-pikiran irrasional
yang diduga mendasari rasa kehilangan semangat, karena dia akan mengusahakan
supaya Prabawa berpikir rasional dalam menghadapi persoalannya.
a.
Kejadian
yang dialaminya adalah terputusnya hubungan percintaan dengan gadis yang dikaguminya; yang memutuskan hubunganya adalah
pihak putri, dengan memberikan alasan dilarang
oleh orangtuanya. (A)
b.
Kejadian
ini ditanggapi dengan banyak pikiran irrasional atau tidak masuk akal.
Prabawa berpikir “Ini musibah besar, karena cintaku yang pertama dan abadi
dihancurkan begitu saja”. “Tidak ada gadislain yang akan kucintai. Gadis lain
juga tidak akan mencintai diriku setulus teman siswi ini.” “Dunia telah
bertindak kejam terhadap diriku, apa gunanya menyambung benang hidupku ini?”
“Siapa lagi yang akan memberikan inspirasi kepadaku untuk mengejar cita-citaku
kalau bukan dia?” (B irrasional)
c.
Sebagai
akibat dari cara berpikir demikian, Prabawa mengalami gejolak emosional dan
goncangan dalam alam perasaannya, seperti merasa kehilangan semangat hidup dan
gairah untuk belajar, merasa putus asa dan merasa seperti orang yang lukanya
mengangalebar dan mengeluarkan darah terus menerus. (C dalam perasaan). Akibat
lebih lanjut adalah Prabawa memutuskan untuk tidak masuk sekolah; ini
tindakan penyesuaian diri yang salah dan malah membahayakan sukses dalam
belajarnya (C dalam tindakan). Namun, karena teguran orang tua dia terpaksa
kembali ke sekolah setelah bolos selama satu minggu.
4.
Membantu
Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini. Konselor dapat mulai
dengan menjelaskan kepadanya hasil analisa diatas, sehingga Prabawa sedikit
banyak mengerti apa alasannya sehingga keadaanya sekarang begini. Kemudian
konselor mulai menantang seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya dengan
melontarkan pertanyaan “Apa alasanmu berpendapat telah ditimpa musibah besar?”.
Disamping itu, konselor memberikan pandangan-pandangan baru kepada Prabawa,
misalnya: “Anggaplah pengalaman berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna,
yaitu Prabawa mengalami keindahan cinta, tetapi sekaligus lebih menyadari harus
melihat situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti Prabawa
sendiri”. Efek dari diskusi ini adalah bahwa Prabawa mulai berubah pikiran dan
memandang pengalaman ini dengan cara yang lebih masuk akal. Efek lebih lanjut
adalah bahwa Prabawa menjadi lebih tenang. Rasa kecewa masih ada, tetapi rasa
kehilangan semangat sudah jauh berkurang. Akhirnya Prabawa memutuskan untuk
tidak lagi mengajak teman siswi itu pergi berdua dan mengejar pelajaran
yangtertinggal.
5.
Mengakhiri
hubungan pribadi dengan Prabawa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rasional Emotif terapi merupakan pendekatan yang
dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai sesuatu yang baru pada saat itu karena pendekatan
ini berorientasi pada faktor kognisi. Rasional emotif berpendapat bahwa
perilaku yang salah muncul karena pikiran-pikiran irrasional dari klien.
Pikiran-pikiran yang irrasional dapat membuat seorang individu bertindak tidak
seperti yang seharusnya. Bagi pendekatan ini pikiran-pikiran irrasional harus
diubah menjadi pikiran yang rasional untuk dapat memberikan perubahan kepada
seseorang. Pendekatan rasional emotif mempunyai pandangan bahwa kepribadian seseorang
terbentuk dari teori A-B-C. Dimana A ( Antecedent ) adalah segala
sesuatu yang mendahului dari suatu peristiwa atau kegiatan. Sedangkan B
( Belief ) adalah
segala kepercayaan yang dihasilkan oleh peristiwa yang
terjadi. Belief terbagi atas dua jenis yaitu rasional dan irrasional.
Terakhir adalah C ( Emotional Consequence) merupakan konsekuensi
emosional yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang mendahului tersebut. Pendekatan
rasional emotif mempunyai tujuan membentuk pribadi-pribadi yang terbebas dari
masalah. Hal ini berarti individu dapat berpikirsecara rasional, dan
menghilangkan pikiran-pikiran irrasional yang menurut Ellis merupakan penyebab timbulnya
perilaku bermasalah. Dalam penanganan masalah, hubungan antara terapis dan
klien sangat berbeda dengan pendekatan - pendekatan
yang lain. Pada pendekatan ini terapis
menghindari terjadinya hubungan hangat dan pengertian yang empatik karena
menurut mereka hubungan yang demikian dapat menyebabkan klien merasa tergantung
kepada terapis. Walaupun demikian hubungan tetap diciptakan dalam kondisi
penerimaan tanpa syarat kepada klien.
Beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis dalam
menangani klien adalah bermain peran, permodelan, imajinasi rasional-emotif,
dan latihan menyerang masa lalu. Evaluasi keberhasilan dari teknik yang digunakan
oleh terapis adalah berubahnya pemikiran-pemikiran irrasional menjadi pikiran
yang rasional. Ketika seorang individu sudah mengalami perubahan dalam hal
kepercayaan maka dapat dikatakan bahwa proses penanganan masalah individu
tersebut selesai.
B. Saran
Adapun saran yang diharapkan dapat diterima adalah:
1.
Kepada
mahasiswa bimbingan dan konseling, diharapkan makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman dalam melakukan pendekatan rasional emotif terapi
kepada klien di kemudian hari.
2.
Kepada
penulis sendiri, diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman secara mendalam mengenai pendekatan rasional emotif terapi.
Baca juga Artikel terkait disini
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 2005. Konseling
Pancawaskita. Padang: FIP UNP
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bk di
Sekolah. Jakarta :Rineka ipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1985.Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Winkel. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan. Yogyakarta: Media
Abadi
0 komentar:
Post a Comment