Banner 468 x 60px

 

Wednesday, November 20, 2013

Konseling Rasional Emotif (KOREM)

0 komentar


MAKALAH
MODEL-MODEL KONSELING
Tentang
KONSELING RASIONAL EMOTIF


Oleh :

FAUZI
NPM: 11060206
                                
                                               
Dosen Pembimbing :
Dra. Mellyarti Syarif, M.Pd, Kons
Septia Suarja, S.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2013


KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم

            Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konseling Rasional Emotif.
            Shalawat serta salam senantiasa tercurah keharibaan junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang terang benderang.
            Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Model-Model Konseling yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini, juga terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam  proses pembuatan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan yang mana tak terlepas dari kekurangan penulis sendiri yang masih perlu banyak belajar. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
                                                                                   Padang, 08 November  2013

                                                                                                       Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I   PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    Latar belakang ................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C.   Tujuan ............................................................................................... 2
D.   Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A.   Pengantar Konseling Rasional Emotif............................................... 4
B.   Pandangan Tentang Manusia............................................................. 5
C. Teori Kepribadian ............................................................................. 6
D.  Teori A B C D E .............................................................................. 7
E.  Perkembangan Kepribadian Salah Suai ............................................ 8
F.  Tujuan Konseling .............................................................................. 9
G.  Karakteristik Konselor ..................................................................... 10
H.  Teknik Konseling ............................................................................. 11
H.  Kekuatan/Kelemahan Konseling Rasional Emotif ........................... 14
I.    Analisis Kasus Berdasarkan KOREM ............................................. 15
BAB III  PENUTUP .......................................................................................... 18
A.    Kesimpulan....................................................................................... 18
B.     Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang masalah
Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak rasional atau tidak logis.
Konseling yang merupakan bentuk bantuan secara langsung antara dua orang atau lebih sehingga masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dapat terselesaikan sehingga tidak menghalangi konseli dalam meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Di dalam proses konseling, konselor harus menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karakteristik masalah dari konseli. Salah satu dari pendekatan konseling adalah rasional emotif terapi. Rasional emotif terapi merupakan teknik yang dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai salah satu bentuk perubahan dari pendekatan-pendekatan yang sudah ada pada saat itu. Pendekatan rasional emotif merupakan pendekatan yang berbeda, dimana pendekatan ini menekankan kepada faktor kognisi, perilaku dan perbuatan. Rasional emotif pada umumnya dipakai oleh konselor ketika menghadapi jenis konseli yang mengalami masalah yang disebabkan oleh pikiran irrasional. Pikiran-pikiran irrasional yang menyebabkan timbulnya suatu perbuatan atau perasaan yang salah tersebut oleh rasional emotif akan dilakukan perubahan yang mendasar.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1.         Bagaimana pandangan tentang manusia dalam teori konselig rasional emotif ?
2.         Bagaimana teori kepribadian dalam teori ini ?
3.         Apa yang dimaksud teori A B C D E ?
4.         Bagaimana perkembangan kepribadian salah suai dalam teori konseling rasioanal emotif ?
5.         Apa tujuan konseling rasional emotif ?
6.         Apa karakteristik konselor dalam teori ini ?
7.         Apa kekuatan dan kelemahan KOREM ?

C.      Tujuan
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang masalah, rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep Konseling Rasional Emotif.
2.      Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang teori A B C D E.
3.      Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang tujuan Konseling Rasional Emotif.
4.      Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik Konseling Rasional Emotif.
5.      Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang kekuatan/kelemahan Konseling Rasional Emotif.

D.      Manfaat
Penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori Konseling Rasional Emotif baik bagi mahasiswa sebagai calon konselor maupun bagi pembaca lainnya.









BAB II
KONSELING RASIONAL EMOTIF

A.      Pengantar Konseling Rasional Emotif
Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif  berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian menetap di New York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau telah sembilan kali dimasukkan ke hospital karena nephiritis dan seterusnya mendapat penyakit renal glycosuria pada umur 19 tahun dan kencing manis pada umur 40 tahun. Walaupun begitu beliau menikmati kehidupan yang aktif karena beliau berfikiran positif terhadap masalah kesehatannya dan senantiasa menjaganya. Menyadari beliau boleh mengkonseling orang dengan baik dan gembira melakukannya, beliau mengambil keputusan untuk menjadi ahli psikologi. Selepas delapan tahun tamat pengajian kolej, beliau memasuki program psikologi klinikal di Maktab Perguruan Columbia. Beliau mulai menjalankan konseling perkawinan, konseling keluarga dan terapi seks. Ellis percaya psikoanalisis adalah membentuk psikoterapi yang mendalam. Beliau telah dilatih dalam psikoterapi di Sekolah Karen Horney. Dari tahun 1947 hingga 1953 beliau memperaktikan analisis klasik dan psikoterapi berorientasikan analisis.
Selepas membuat kesimpulan bahan psikoanalisis adalah bentuk rawatan yang tidak saintifik dan superficikal, beliau coba mengkaji beberapa sistem yang lain. Pada awal 1955 beliau mengabungkan terapi humanistik, falsafah dan tingkah laku untuk membentuk terapi rasional-emotif (yang sekarang dikenal sebagai terapi rasional emotif tingkahlaku). Ellis dikenal sebagai bapak teori RET. Ellis telah membina teori berasaskan kepada kognitif tapi selepas itu beliau telah meluaskan asas teorinya yang memasukkan konsep tingkah laku dan emosi. Teori ini adalah satu usaha yang konsisten untuk memperkenalkan pendekatan pemikiran logika dan proses kognitif di dalam konseling. Ellis percaya bahwa manusia mempunyai pemikiran dan kepercayaan yang tidak rasional perkara ini lah yang selalu menyebabkan gangguan emosi.
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas berpikir, bernafas, dan berkehendak. 
B.       Pandangan Tentang Manusia
Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang diajukan oleh Albert Ellis, yang mewarnai teori Rational Emotive ialah sebagai berikut:
1)        Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak rasional atau tidak logis. Kedua kecendrungan yang dimiliki oleh manusia ini akan tampak jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata. Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa apabila sesorang telah berpikir rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berpikir yang tidak rasional atau tidak bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional. Pola berpikir semacam inilah oleh Ellis yang disebut sebagai penyebab bahwa seseorang itu mengalami gangguan emosional.
2)        Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. RET memandang bahwa manusia itu tidak akan bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya. Perasaan seseorang senantiasa melibatkan pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu melibatkan pikiran dan perasaan seseorang.
3)        Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasannya, serta potensi mengubah pandangan dasar dannilai-nilai yang diterimanya secara tidak kritis. Individu itu dilahirkan dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat unik. RET memandang bahwa individu itu memilikipotensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasan-keterbatasannya itu. Namun, di sela-sela kelebihan dan keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional dan realistik, agar individu itu mampu melakukan adaptasi diri dengan baik.

C.      Teori Kepribadian
1.         Perkembangan kepribadian :
a.         Manusia tercipta dengan :
1)        Dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri.
2)        Kemampuan untuk self-destructive (SD), hedonis buta, dan menolak aktualisasi diri
b.        Individu sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible). Keadaan seperti ini terlebih – lebih lagi terjadi pada masa anak-anak.
2.         Mekanisme tingkah laku:
a.         Berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa (A) yang diikuti oleh perasaan tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan (B) : berpikir rasional atau tidak rasional.
b.        Ciri-ciri irrasional belief  (iB) :
1)        Tidak dapat dibuktikan
2)        Menimbulkan perasaan tidak enak ( seperti kecemasan ) yang sebenarnya tidak perlu.
3)        Menghalangi individu kembali ke kejadian awal (A) dan mengubahnya.

D.      Teori A B C D E
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu  Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
1.    Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2.    Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
3.    Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke­sepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me­nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.
C.      Perkembangan Kepribadian Salah Suai
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
D.      Tujuan Konseling Rasional Emotif
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Tiga tingkatan insight (wawasan) yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event/kejadian sebelumnya) pada saat yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.
E.       Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif
1.    Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2.    Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3.    Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4.    Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
F.       Teknik Konseling Rasional Emotif
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a.    Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b.    Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c.    Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
2.    Teknik-teknik Behavioristik
a.    Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b.    Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
3.    Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments, Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
c.    Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.


G.  Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis mempunyai Kelebihan sebagai berikut:
1.         Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang klien anut.
2.         Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
3.         Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.
4.         Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukanterapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1.         Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
2.         Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.
3.         Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
4.         Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.



G.      Contoh Kasus
Prabawa adalah seorang siswa suatu SMA di kota besar, kelas II, semester kedua, program studi IPS. Dia tinggal bersama orang tuanya,yang mendukung cita-citanya menjadi seorang guru akutansi. Prabawa berharap dapat diterima di FKIP Negeri di kotanya sendiri, dan telah berusaha sejak kelas I supaya nilai rata-rata dalam rapor setiap semester minimal 7. Dalam usaha ini dia berhasil. Selain itu, sejak kelas II dia juga berhasil dalam mengikat hati seorangsiswi yang duduk di kelas yang sama. Mereka sudah biasa pergi rekreasi bersama, meskipun pihak putri terpaksa main backstreet karena orang tuanya belum mengizinkan untuk berpacaran. Pada awal semester kedua siswi mengatakan bahwa orang tuanya telah mengetahui petualangannya dan memarahi dia; bahwa mereka mengancam ini dan itu. Siswi itu merasa terpaksa memutuskan hubungan karena dia tidak berani melawan orangtua. Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan berpikir:“Apa gunannya meneruskan hidup di dunia ini? Saya tidak rela dicintai oleh gadis lain ataupun mencintai gadis lain. Hanya yang satu ini menjadi idaman saya! Sumber semangat belajarku dan pendukung cita-citaku sudah lenyap!”. Prabawa bolos sekolah selama satu minggu. Ketika masuk kembali, dia dipanggil oleh konselor di sekolahnya.
Langkah Langkah Pelaksanaan Konseling:
1.         Membangun hubungan pribadi dengan Prabawa. Di sini konselor menjelaskan alasan Prabawa dipanggil, yaitu selama seminggu tidak masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah ada sesuatu yang ingin dibicarakan berkaitan dengan hal tersebut.
2.         Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan Prabawa. Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang, setelah mengalami pukulan yang berat, gara-gara pacarnya yang tersayang memutuskan hubungan percintaan. Pacarnya adalah teman siswi sekelas yang selama satu tahun sering mau diajak pergi berdua,tetapi tiba-tiba mengundurkan duru setelah dimarahi oleh orangtuanya. Padahal, katanya tidak ada gadis lain yang pantas dicintai. Prabawa beranggapan bahwa masa depannya menjadi sangat suram dan tidak ada sumber inspirasi lagi yang mendukung cita-citanya menjadi guru akutansi di sekolah menengah (pikiran irrasional).
3.         Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap mengenai kaitan antara A,B,C. Konselor akan menaruh perhatian khusus pada pikiran-pikiran irrasional yang diduga mendasari rasa kehilangan semangat, karena dia akan mengusahakan supaya Prabawa berpikir rasional dalam menghadapi persoalannya.
a.         Kejadian yang dialaminya adalah terputusnya hubungan percintaan dengan gadis yang dikaguminya; yang memutuskan hubunganya adalah pihak putri, dengan memberikan alasan dilarang oleh orangtuanya. (A)
b.        Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran irrasional atau tidak masuk akal. Prabawa berpikir “Ini musibah besar, karena cintaku yang pertama dan abadi dihancurkan begitu saja”. “Tidak ada gadislain yang akan kucintai. Gadis lain juga tidak akan mencintai diriku setulus teman siswi ini.” “Dunia telah bertindak kejam terhadap diriku, apa gunanya menyambung benang hidupku ini?” “Siapa lagi yang akan memberikan inspirasi kepadaku untuk mengejar cita-citaku kalau bukan dia?” (B irrasional)
c.         Sebagai akibat dari cara berpikir demikian, Prabawa mengalami gejolak emosional dan goncangan dalam alam perasaannya, seperti merasa kehilangan semangat hidup dan gairah untuk belajar, merasa putus asa dan merasa seperti orang yang lukanya mengangalebar dan mengeluarkan darah terus menerus. (C dalam perasaan). Akibat lebih lanjut adalah Prabawa memutuskan untuk tidak masuk sekolah; ini tindakan penyesuaian diri yang salah dan malah membahayakan sukses dalam belajarnya (C dalam tindakan). Namun, karena teguran orang tua dia terpaksa kembali ke sekolah setelah bolos selama satu minggu.
4.         Membantu Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini. Konselor dapat mulai dengan menjelaskan kepadanya hasil analisa diatas, sehingga Prabawa sedikit banyak mengerti apa alasannya sehingga keadaanya sekarang begini. Kemudian konselor mulai menantang seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya dengan melontarkan pertanyaan “Apa alasanmu berpendapat telah ditimpa musibah besar?”. Disamping itu, konselor memberikan pandangan-pandangan baru kepada Prabawa, misalnya: “Anggaplah pengalaman berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna, yaitu Prabawa mengalami keindahan cinta, tetapi sekaligus lebih menyadari harus melihat situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti Prabawa sendiri”. Efek dari diskusi ini adalah bahwa Prabawa mulai berubah pikiran dan memandang pengalaman ini dengan cara yang lebih masuk akal. Efek lebih lanjut adalah bahwa Prabawa menjadi lebih tenang. Rasa kecewa masih ada, tetapi rasa kehilangan semangat sudah jauh berkurang. Akhirnya Prabawa memutuskan untuk tidak lagi mengajak teman siswi itu pergi berdua dan mengejar pelajaran yangtertinggal.
5.         Mengakhiri hubungan pribadi dengan Prabawa.








BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Rasional Emotif terapi merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai sesuatu yang baru pada saat itu karena pendekatan ini berorientasi pada faktor kognisi. Rasional emotif berpendapat bahwa perilaku yang salah muncul karena pikiran-pikiran irrasional dari klien. Pikiran-pikiran yang irrasional dapat membuat seorang individu bertindak tidak seperti yang seharusnya. Bagi pendekatan ini pikiran-pikiran irrasional harus diubah menjadi pikiran yang rasional untuk dapat memberikan perubahan kepada seseorang. Pendekatan rasional emotif mempunyai pandangan bahwa kepribadian seseorang terbentuk dari teori A-B-C. Dimana A ( Antecedent ) adalah segala sesuatu yang mendahului dari suatu peristiwa atau kegiatan. Sedangkan  B ( Belief ) adalah segala kepercayaan yang dihasilkan oleh peristiwa yang terjadi. Belief terbagi atas dua jenis yaitu rasional dan irrasional. Terakhir adalah C ( Emotional Consequence) merupakan konsekuensi emosional yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang mendahului tersebut. Pendekatan rasional emotif mempunyai tujuan membentuk pribadi-pribadi yang terbebas dari masalah. Hal ini berarti individu dapat berpikirsecara rasional, dan menghilangkan pikiran-pikiran irrasional yang menurut Ellis merupakan penyebab timbulnya perilaku bermasalah. Dalam penanganan masalah, hubungan antara terapis dan klien sangat berbeda dengan pendekatan - pendekatan yang lain. Pada pendekatan ini           terapis menghindari terjadinya hubungan hangat dan pengertian yang empatik karena menurut mereka hubungan yang demikian dapat menyebabkan klien merasa tergantung kepada terapis. Walaupun demikian hubungan tetap diciptakan dalam kondisi penerimaan tanpa syarat kepada klien.
Beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis dalam menangani klien adalah bermain peran, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan latihan menyerang masa lalu. Evaluasi keberhasilan dari teknik yang digunakan oleh terapis adalah berubahnya pemikiran-pemikiran irrasional menjadi pikiran yang rasional. Ketika seorang individu sudah mengalami perubahan dalam hal kepercayaan maka dapat dikatakan bahwa proses penanganan masalah individu tersebut selesai.
B.       Saran
Adapun saran yang diharapkan dapat diterima adalah:
1.         Kepada mahasiswa bimbingan dan konseling, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melakukan pendekatan rasional emotif terapi kepada klien di kemudian hari.
2.         Kepada penulis sendiri, diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman secara mendalam mengenai pendekatan rasional emotif terapi.


Baca juga Artikel terkait disini





DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 2005. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP UNP
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bk di Sekolah. Jakarta :Rineka ipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1985.Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Winkel. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi


0 komentar:

Post a Comment