Banner 468 x 60px

 

Thursday, September 26, 2013

Penemuan Non Ilmiah dan Penemuan Ilmiah

1 komentar
Baca Juga yang Terkait di Sini


PENEMUAN NON ILMIAH
Ada beberapa cara dalam menemukan kebenaran melalui pendekatan non ilmiah, yaitu melalui : kebetulan, trial and error, otoritas, spekulatif, akal sehat, prasangka, dan intuisi.
1.      Penemuan kebenaran secara kebetulan
Suatu peristiwa yang tidak disengaja kadang-kadang ternyata menghasilkan suatu kebenaran yang menambah perbendaharaan pengetahuan manusia, karena sebelumnya kebenaran itu tidaklah diketahui. Sepanjang sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu banyak tidak terjadi, dan banyak diantaranya yang sangat berguna. Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa rencana, tidak pasti serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan terkendali (terkontrol).
Anda pasti pernah membaca atau mendengar, salah satu contoh penemuan secara kebetulan adalah tentang peristiwa yang dialami seorang Indian yang menderita penyakit demam dengan panas yang tinggi. Yang bersangkutan dalam keadaan tidak berdaya terjatuh pada aliran sebuah sungai kecil yang airnya kelihatan berwarna hitam. Setelah berulang kali meminum air sungai yang terasa pahit itu, ternyata secara berangsur-angsur yang bersangkutan menjadi sembuh. Kemudian diketahuilah bahwa air yang berwarna hitam itu ternyata disebabkan oleh sebatang pohon kina yang tumbang di hulu sungai sebagai sebab yang sebenarnya dari kesembuhan orang tersebut. Dari kejadian yang tidak disengaja atau kebetulan itu, akhirnya diketahuilah bahwa kina merupakan obat penyembuh demam yang disebut malaria.
Cara menemukan kebenaran seperti tersebut di atas bukanlah cara yang sebaik-baiknya, karena manusia bersifat pasif dan menunggu, bagi ilmu, cara tersebut tidak mungkin membawa perkembangan seperti diharapkan, karena suatu kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan terarah. Oleh karena itu caran ini tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah  dalam metode keilmuan untuk menggali kebenaran penegtahuan.
2.      Penemuan kebenaran dengan trial and error
Mencoba sesuatu secara berulang-ulang, walaupun selalu menemukan kegagalan dan akhirnya menemukan suatu kebenaran disebut cara kerja trial and error. Dengan cara ini seseorang telah aktif melakukan usaha untuk menemukan sesuatu, meskipun sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti tentang sesuatu yang ingin dicapainya sebagai tujuan dalam melakukan percobaan itu. Penemuan coba-coba (trial and error) diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu. Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju, dari pada yang mendahuluinya. Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
Dari satu percobaan yang gagal, dilakukan lagi percobaan ulangan yang mengalami kegagalan pula. Demikian dilakukan terus percobaan demi percobaan dan kegagalan demi kegagalan, tanpa terasa putus asa sehingga akhirnya sebagai suatu surprise dari serangakain percobaan itu ditemukan suatu kebenaran. Kebenaran yang menambah perbendaharaan pengetahuan, yang kebenarannya semula tidak diduga oleh yang bersangkutan.
Anda mngkin masih ingat salah satu contoh yang dicobakan oleh Robert Kock dengan mengasah kaca hingga terbentuk sebagai lensa, yang mampu memperbesar benda-benda yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, kaca-kaca itu diasah tanpa mengetahui tujuannya. Akhirnya ternyata lensa yang ditemukan itu telah mendasari pembuatan mikroskop, yang pada giliran berikutnya melalui trial and error telah mengantarkan yang bersangkutan pada keberhasilan menemukan basil atau kuman penyakit Tuberculose (TBC).
Sebagaimana dikatakan di atas cara ini sudah menunjukan adanya aktvitas manusia dalam mencari kebenaran, walaupun lebih banyak mengandung unsure-unsur untung-untungan. Disamping itu cara tersebut kerap kali memerlukan waktu yang lama karena kegiatan mencoba itu tidak dapat direncanakan, tidak terarah dan tidak diketahui tujuannya. Dengan kata lain cara ini terlalu bersifat meraba-raba, tidak pasti dan tanpa pengertian yang jelas. Oleh karena itulah maka cara trial and error tidak dapat diterima sebagai metode keilmuan dalam usaha mengungkapkan kebenaran ilmu, terutama karena tidak memberikan jaminan untuk sampa pada penemuan kebenaran yang dapat mengembangkan ilmu secara sistematik.
3.      Penemuan kebenaran melalui otoritas atau kewibawaan
Di dalam masyarakat, kerapkali ditemui orang-orang yang karena kedudukan pengetahuannya sangat dihormati dan dipercayai. Orang tersebut memiliki kewibawaan yang besar di lingkungan masyarakatnya. Banyak pendapatnya yang diterima sebagai kebenaran. Kepercayaan pada pendapatnya itu tidak saja karena kedudukannya di dalam masyarakat itu, misalnya sebagai pemimpin atau pemuka adat atau ulama dan lain-lainnya, tetapi dapat juga karena keahliannya dalam bidang tertentu. Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah menempuh pendidikan formal tertinggi atau mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji, karena dipandang benar. Ada kalanya, atau bahkan sering, pendapat mereka itu kemudian ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut tidak diasalkan dari penelitian , melainkan hanya didasarkan atas pemikiran logis. Kiranya jelas, bahwa pendapat-pendapat sebagai hasil pemikiran yang demikian itu akan benar kalau premise-premisenya benar.
Kembali ke masa lampau, Anda pasti mengenal teori evolusi dari Darwin, yang selama ini diakui kebenarannya oleh banyak orang, tiada lain karena yang bersangkutan dipandang ahli dibidangnya sehingga mampu meyakinkan tentang kebenaran teorinya walaupun tidak bertolak dari pembuktian ilmiah melalui fakta-fakta pengalaman. Di samping itu banyak tokoh-tokoh sejarah yang karena memiliki otoritas atau kewibawaan di lingkungan masyarakatnya, berbagai pendapat yang dikemukakannya dipandang sebagai kebenaran, walaupun berlkunya terbatas selama jangka waktu tertentu. Misalnya, Hitler dengan teorinya tentang ras Asia sebagai ras yang terbaik di dunia. Sukarno sebagai presiden di zamannya dengan berbagai teorinya  mengenai politik, kemasyarakatan, ekonomi, dan lain-lainnya.
Pendapat-pendapat seperti itu kerapkali berguna juga, terutama dalam meransang dan memberi landasan bagi usaha penemuan-penemuan baru di kalangan ornag-orang yang menyangsikannya. Akan tetapi cara ini pun tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam metode keilmuan karena lebih banyak diwarnai oleh subjektivitas dari orang yang mengemukakan pendapat tersebut.
4.      Penemuan kebenaran secara spekulatif
Cara ini mengandung kesamaan dengan cara trial and error karena mengandung unsure untung-untungan dalam menari kebenaran. Oleh karena itu cara ini dapat dikategorikan sebagai trial and error yang teratur dan terarah. Dalam prakteknya seseorang telah memulai dengan menyadari masalah yang dihadapinya, dan mencoba meramalkan berbagai kemungkinan atau alternative pemecahannya. Kemudian tanpa meyakini betul-betul tentang ketepatan salah satu alternative yang dipilihnya ternyata dicapai suatu hasil yang memuaskan sebagai suatu kebenaran. Dengan kata lain yang bersangkutan memilih salah satu dari beberapa kemungkinan pemecahan masalah itu, walaupun tanpa meyakini bahwa pilihannya itu sebagai cara yang setepat-tepatnya. Cara spekulatif seperti itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Dalam hubungan ini sering ditemui orang yang pandangan atau intuisinya tajam, yang memungkinkan penggunaan cara spekulatif dalam menanam sejenis tanaman di tanah gambut. Dari penanaman yang cukup banyak untuk jangka waktu tertentu, ternyata dihasilkannya suatu kebenaran bahwa jenis tanaman tersebut dapat tumbuh subur di atas  tanah gambut atau sebaliknya.
            Di atas telah dikemukakan bahwa cara ini mengandung unsur untung-untungan yang sangat dominan, sehingga tidak efektif untuk dipergunakan dalam mengungkap kebenaran ilmiah. Unsur untung-untungan itu mengakibatkan cara menemukan kebenaran lebih bersifat meraba-raba, sehingga kemungkinan gagal lebih besar dari pada keberhasilan menemukan kebenaran sebagaimana diharapkan. Salah satu contoh dari untung-untungan adalah ketika pemerintah menyediakan proyek penanaman tanah gambut untuk ditanami dengan pohon yang produktif. Setelah diolah ternyata mengalami kegagalan, karena masih memerlukan teknologi yang lebih canggih untuk pengolahan tanahnya.
            Contoh lain, bagi Anda yang hidupnya dalam lingkungan pertanian pernah mengenal ubi Cilembu yang terkenal karena manisnya. Ada beberapa petani yang mencoba mananam ubi Cilembu di luar daerah Sumendang dengan harapan bisa menghasilkan ubi yang manis, akan tetapi setelah panen ternyata hasilnya tidak sama dengan yang aslinya.
5.      Akal sehat
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun dalam batas tertentu keduanya mengandung persamaan. Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973:3) akal sehat adalah serangkaian konsep (concepts) dan bagan konseptual (conceptual schemes) yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep adalah kata-kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.
Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis. Walaupun akal sehat yang berupa konsep dan bagan konsep itu dapat menunjukan hal yang benar, namun dapat  pula menyesatkan. Sebagai tenaga pendidik, Anda pernah melihat, mendengar tau mengalami tentang hukuman dan ganjaran dalam pendidikan. Pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak pendidik, hukuman adalah alat utama dalam pendidikan. Penemuan ilmiah tenyata membantah kebenaran akal sehat tersebut. Hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan menunjukan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam pendidikan, melainkan ganjaran. Melalui hukuman dapat berdampak rasa tertekan pada  anak, sedangkan dengan ganjaran dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, sehingga potensi anak dapat berkembang.
6.      Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat, orang cenderung mempersempit pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung mengkambing-hitamkan orang lain atau menyokong sesuatu pendapat. Orang sering tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan lain. Orang sering cenderung melihat hubungan antar dua hal sebagai hubungan sebab-akibat yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang diamati itu merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang cenderung kearah pembuatan generalisasi yang terlalu luas, kemudian merupakan prasangka.


7.      Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan “pendapat” mengenai sesuatu berdasar atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak difikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi orang memberikan penilaian tanpa didahului sesuatu renungan. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Di sini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.
Metode yang demikian itu bisa disebut metode a-priori. Dalil-dalil seseorang yang a-priori cocok dengan penalaran, belum tentu cocok dengan pengalaman atau data empiris.
Anda mungkin sempat menyaksikan televise tentang jatuhnya benda angkasa yang menghantam beberapa rumah sampai hancur. Dengan jatuhnya benda angkasa tersebut Anda langsung percaya bahwa di atas bumi ada berbagai benda yang satu waktu bisa turun ke bumi.

PENEMUAN ILMIAH
Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
            Sejarah umat manusia untuk menemukan kebenaran, berkembang dari waktu ke waktu kearah suatu cara penemuan yang lebih baik, dalam arti cara-cara baru itu memiliki kredibilitas yang lebih baik dari cara-cara sebelumnya. Ketidakpuasan masyarakat terhadap cara-cara unscientific, menyebabkan masyarakat menggunakan cara berfikir deduktif, dan cara berfikir induktif. Namun kedua cara ini juga tidak memuaskan banyak orang, terutama dalam menyikapi kebenaran masing-masing. Selanjutnya orang memadukan cara berfikir deduktif dengan cara berfikir induktif, kemudian melahirkan cara berfikir semacam ini mengambil ruang di antara berfikir deduktif dan berfikir induktif. Proses berfikir refleksi ini pernah diperkenalkan John Dewey melalui langkah-langkah berikut ini:  The felt need, the hypothesis, collection of data as avidance, concluding belief, general value the conclusion.
            Langkah-langkah yang ungkapkan oleh John Dewey tersebut mengandung makna sebagai berikut :
a.       The felt need, yaitu adanya sesuatu kebutuhan
Seseorang merasakan adanya sesuatu kebutuhan yang mendorong perasaannya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
b.      The problem, yaitu menetapkan masalah
Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need  di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menentapkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarynya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
c.       The hypothesis, yaitu menyusun hipotesis
Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah meulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.
d.      Collection of data as avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian
Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari yang sederhana menjadi yang sangat kompleks; dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat oleh orang sebelumnya. Salah satu alternative adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Karenanya orang membutuhkan informasi dan berbagai data untuk kebutuhan tersebut. Kemudian data-data ini dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
e.       Concluding belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya
       berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
f.       General value the conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum
Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu, maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya, tetapi juga kesimpulannya dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun yang akan dating.
g.      Melalui penyelidikan ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dipandang cara ilmiah adalah melalui metode penyelidikan. Seorang penulis telah merumuskan pengertian penyelidikan di sini sebagai “a method of study by which through the careful and echaustive investigation of all acertainble evidence bearing upon a definable problem, we reach a solution to that problem.
Peneylidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai pada taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang nampa dicari penjelasannya secra ilmiah. Sebab akibat bukan satu masalah gaib, bukan sebuah permainan kira-kira, bukan pula suatu yang diterima atas otoritas. Dengan sikap yang berbeda ini, manusia telah berhasil menerangkan berbagai gejala yang Nampak dan menunjukan pada sebab-musabab yang sebenarnya dari satu atau serentetan akibat.           
Sejalan dengan sikap itu, maka metode penyelidikan hanya akan menarik dan membenarkan suatu kesimpulan apabila telah dibentengi dengan bukti-bukti yang meyakinkan, bukti-bukti mana dikumpulkan melalui prosedur yang sistematik, jelas dan dikontrol.
Sebagai jalan untuk memecahkan suatu masalah, orang mempergunakan cara-cara berfikir reflektif dengan prosedur yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat sepihak (subjektif) melainkan sikap objektif, langkah-langkah pada pkoknya terdiri dari (1) perumusan masalah dan tujuannya, (2) penetapan postulat dan hipotesa, (3) penetapan metode kerja, (4) pengumpulan data, (5) pengolahan data, (6) penyimpulan penyelidikan, serta akhirnya (7) publikasi hasil penyelidikan.
Pendekatan Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol dan berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat di uji (di tes) dalam hal keajegan dan kemantapan iternalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan orang lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama akan diperoleh hasil ajeg (consistent), yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu. Langkah-langkah penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah terpolakan dan, sampai batas tertentu diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan lesimpulan yang serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh keyakinan pribadi, bias, dan perasaan, cara penyimpulannya bukan subjektif, melainkan objektif.
Langkah-langkah penelitian ilmiah secara umum dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Perumusan dan batasan masalah serta tujuan penelitian
b.      Merangkai dan menetapkan kerangka teori sebagai titik tolak pemikiran, melalui kegiatan penelaahan atau studi kepustakaan
c.       Merumuskan kerangka konsep sebagai gambaran umum kemungkinan pemecahan masalah
d.      Merumuskan hipotesis sebagai dugaan pemecahan yang bersifat sementara berdasarkan kerangka konsep yang merupakan juga sebagai kesimpulan umum yang akan dirumuskan apabila ternyata benar. Hipotesis dirumuskan sebagai jawaban atas kesimpulan sementara dari masalah yang dihadapi dan masih harus di uji kebenaran atau ketidakbenarannya.
e.       Memilih dan menetapkan metode atau cara kerja, lengkap dengan teknik dan alat pengumpul datanya, termasuk juga menentukan sumber data (populasi dan sampel)
f.       Pengumpulan dan pengolahan data atau analisis data
g.      Menguji hipotesis untuk merumuskan kesimpulan sebagai hasil penelitian diiringi pula dengan penjabaran implementasi-implementasi hasil penelitian yang dapat dipergunakan dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang berhubungan dengan bidang yang diselidiki dalam kehidupan sekarang dan di masa mendatang
h.      Publikasi hasil penelitian dalam bentuk dan tata tulis ilmiah agar mudah dikomunikasikan dengan pihak yang memerlukannya, baik mengenai aspek-aspek yang teoritis maupun praktis.
Sifat Penelitian Ilmiah
Sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa individu yang akan melaksanakan suatu karya ilmiah hendaknya telah berpola pikir ilmiah, yaitu memiliki sikap skeptic, analitis, dan kritis.
a.       Berfikir skeptis, yaitu selalu mencari fakta atau bukti yang mendukung setiap pernyataan,
b.      Berfikir analitis adalah sikap yang mendasarkan pada analisis dalam setiap persoalan dan memilih yang relevan serta utama.
c.       Berfikir kritis, yaitu setiap memecahkan persoalan selalu berpijak pada logika dan objektifitas data atau fakta.
Syarat penelitian ilmiah:
a.       Permasalahan dan tujuan penelitian harus didefenisikan secara jelas dan ambigu. Rumusan masalah harus rinci mencari unsur-unsur yang akan diteliti.
b.      Prosedur penelitian yang digunakan harus jelas dan terbuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk mengulangi penelitian.
c.       Dengan penelitian harus terencana dan sistematis agar hasilnya nanti objektif dan valid.
d.      Analisis data harus memadai untuk mengungkapkan permasalahan dan metode analisis yang digunakan harus sesuai dengan problem penelitian. Validitas data, criteria signifikansi dan probabilias kesalahan dalam uji statistic harus diduga sehingga tingkat relevansi kesimpulan yang akan ditarik tinggi.
e.       Kesimpulan harus didukung oleh data dan haisl analisis yang akurat. Kesimpulan harus terbatas pada masalah yang diteliti tanpa memasukkan unsur pengalaman pribadi peneliti yang tidak relevan dengan permasalahan penelitian.
Pencarian Ilmiah
Pencaraian ilmiah (scientific inquiry) adalah suatu kegiatan untuk pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data. Pengertian ilmiah berbeda dengan ilmu. Ilmu merupakan struktur atau batang tubuh pengetahuan yang telah tersusun, sedangkan ilmiah adalah cara mengembangkan pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan suatu cara pengkajian yang berisi proses dengan langkah-langkah tertentu. Mc Millan dan Schumacher (2001) membaginya atas 4 langkah, yaitu:
a.      Define a problem
b.      State the hipotesis to be tested
c.       Collect and analiyze data, and
d.      Interprete the result and draw conclusions about the problem
Hampir sama dengan Mc Millan dan Schumacher, John Dewey membagi langkah-langkah pencarian ilmiah disebut sebagai “reflective thinking”, atas lima langkah, yaitu:
1.      Mengidentifikasi masalah
2.      Merumuskan dan membatasi masalah
3.      Menyusun hipotesis
4.      Mengumpulkan dan menganalisis data
5.      Menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

                                                                                                                                 
Pencarian Berpola
Pencarian berpola (disciplined inquiry), merupakan suatu prosedur pencarian dan pelaporan dengan menggunakan cara-cara dan sistematis tertentu, disertai penjelasan dan alasan yang kuat. Pencarian berpola bukan merupakan suatu pencarian yang bersifat sempit dan mekanistis, tetapi mengikuti prosedur formal yang telah standar. Prosedur pencarian ini pada tahap awalnya bersifat spekulatif dan mencoba menggabungkan ide-ide dan metode-metode, kemudian menuangkan ide-ide dan metode tersebut dalam suatu prosedur yang baku. Laporan dari pencarian berpola berisi perpaduan antara argument yang didukung oleh data dengan proses nalar, yang disusun dan dipadatkan menghasilkan kesimpulan yang berbobot.
Pencarian berpola terutama dalam ilmu sosial termasuk pendidikan, bukan hanya menunjukkan pengkajian yang sistematik, tetapi juga pengkajian yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Tiap disiplin imu mempunyai cara pencarian sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya. Bidang sains, umpamanya banyak meggunakan metode eksperimen, sedang atropologi menggunakan mentode kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan metode eksperimen, tindakan, penlitian dan pengembangan dan juga kualitatif. 


Baca Juga yang Terkait di Sini

1 komentar:

abtinzacks said...

Poker with friends on the move - JTM Hub
It's been nearly two months 울산광역 출장샵 since I signed up for a new poker room at JTM's online poker site and 거제 출장마사지 now I play a game 대전광역 출장샵 every night, 영주 출장샵 at least twice a week. 용인 출장마사지

Post a Comment