Banner 468 x 60px

 

Thursday, September 26, 2013

Konseling Psikologi Individual

0 komentar


Konseling Psikologi Individual (KOPSIN)
A.      Latar Belakang

Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud.
Adler telah menjadi dokter praktek, ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Sebagaimana Freud, Adler juga mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dan evolusi dalam pemikirannya. Karena itulah ia keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Pada tahun 1911, Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual (Individual Psychology) dipelopori Alfred Adler dan dikembangkan sebagai sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald Dinmeyer, yang dikenal dengan nama Adlerian Counseling (W.S Winkel, 1997: 422). Pemikirannya ini memberikan pengaruh sangat cepat kepada orang-orang di luar  profesi analitik itu, yaitu pada para guru, doktor, ahli ilmu lain, dan masyarakat umumnya. Hal ini disebabkan karena konsep Adler mudah difahami daripada konsep Freud.
Pada dua puluh tahun terakhir psikologi individu telah berkembang lagi. Masyarakat Psikologi Individu, yang terdiri dari anggota profesional, tumbuh di mana-mana, jumlah anggotanya di atas 20.000 orang, karena sebelumnya mengalami kemerosotan. Tumbuhnya pendekatan yang lain sudah menyatukan banyak konsep yang mula-mula dikembangkan oleh Adler. Dengan kelahiran kembali dan pengaruh yang luas ini, kita sekarang dapat kembali memperhatikan pemikiran yang menghasilkan itu.
B.       Teori Perkembangan Kepribadian
 1.    Struktur kepribadian
Perubahan dalam pemikiran Adler yang mendorongnya untuk berpisah dengan Freud terpusat pada konsep Freud, yang menyatakan bahwa seseorang dikendalikan oleh agresif dan lebido seksualnya. Adler datang mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup.
Adler melihat bahwa masing-masing individu sebagai ketetapan dan suatu yang utuh, bertindak secara keseluruhan ke arah tujuan hidup tertentu. Tujuan masing-masing individu, memilih dirinya mengembangkan karakteristiknya yang  mencoba mencapai tujuan. Adler percaya bahwa cara memahami seseorang adalah menemukan apa yang menjadi tujuannya, kemudian menentukan gaya hidup individu agar dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan itu. Pendapat ini berbeda dengan kepercayaan Freud dimana perilaku seseorang ditentukan oleh pengaruh bawaan, sebagian besar ke luar dari kendali sadarnya. Pendapat Adlerian, lebih menekankan pada pentingnya individu dan interaksinya dengan lingkungan. Karenanya, penekanan Adler bukan lingkungan maupun keturunan sebagai faktor penentu perilaku, melainkan pada interaksi lingkungan, keturunan, dan individu sebagai faktor penentu perilaku.
Adler melihat bahwa yang menjadi penyebab perilaku adalah persepsi  individu, bukan peristiwa perilaku itu sendiri. Suatu peristiwa dalam hidup individu, seperti kekurangan fisik, rumah tangga yang berantakan, atau guru tak toleran, secara tidak langsung akan direspon individu melalui prilaku. Dalam peristiwa yang nyata akan mempengaruhi beberapa perilaku yang berkembang, tetapi ini tidak menentukan perilaku. Adler melihat persepsi individu ini sebagai fiksi dan menekankan kepada mereka, jangan mencampurkan dengan kenyataan. Individu dalam bertingkah laku juga sangat tergantung pada persepsinya terhadap sesuatu. Menurut Adler persepsi itu merupakan fiksi (sesuatu yang berdasarkan yang tidak sesungguhnya). Fiksi tersebut tercipta dalam pikiran dan kenyataan, dan inilah pandangan Freud terhadap orang dan tingkah laku mereka.
a. Tujuan Hidup.
Setiap individu mengembangkan tujuan fiksi pribadinya. Tujuan ini dikembangkan melalui respon oleh seseorang untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam dirinya dalam menghadapi kehidupan, karena interpretasi individu terhadap sesuatu merupakan fiksi, hal tersebut merupakan keyakinan fictional goal yang merupakan suatu kesatuan bagi setiap orang. Setiap tingkah laku individu mengacu pada pilihan yang telah mereka pilih fictional finalism, ini merupakan kekuatan operasi sehari-hari. Seseorang akan melakukan interpretasi secara terus menenus kejadian sehari-hari dalam kehidupannya sesuai dengan tujuan hidupnya. Adler mengatakan bahwa perilaku individu sebagai gaya hidupnya.
b. Gaya Hidup.
Adler berpendapat bahwa jika seseorang ingin mencapai superioritas, itu akan penting untuk memimpin hidupnya dalam suatu pola teladan tertentu. Adler menunjuk pola teladan ini sebagai suatu gaya hidup individu, karena masing-masing individu itu unik. Ini merupakan suatu produk dorongan diri yang ada dalam diri individu untuk menentukan arah perilaku dan lingkungannya, yang bertindak untuk membentuk arah diri. Bentuk gaya hidup seseorang dapat dilihat sebagai silogisme: “ ‘Aku adalah….’ ‘Dunia adalah…’ ‘Oleh karena itu…’ ” Adler percaya bahwa tiap-tiap individu melewati proses ini, yang merupakan status diri mulai dari pembentukan pola teladan prilaku, yang menjadi gaya hidup.
c. Minat Sosial.
Adler juga banyak menekankan pada pentingnya tingkah laku manusia sosial. Anak dilahirkan dalam keluarga, interaksi yang pertama adalah keluarga. Semua tingkah laku manusia pada kenyataannya adalah berinteraksi dengan makhluk lain. Satu keinginan adalah dasar bagi semua manusia; keinginan untuk menjadi anggota, dan minat sosial. Oleh karena itu, apapun yang dikerjakan oleh seseorang, itu akan berhubungan dengan suatu kelompok sosial. Dengan perspektif ini, Adler berpendapat bahwa orang belajar tingkah laku manusia secara efektif dengan adanya interaksi sosial dimana perilaku berlangsung. Dengan alasan ini, Adler berpendapat bahwa konsep tingkah laku manusia adalah psikologi sosial. Agar dapat memahami konsep ini, kita harus menguji bagaimana Adler melihat urutan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan kepribadian.
2.   Perkembangan kepribadian
Adler sependapat dengan Freud dalam hal ini, yang mengatakan bahwa kehidupan seseorang dipengaruhi oleh perkembangan empat atau lima tahun pertama. Sepanjang tahap awal perkembangan, anak sudah mulai mengembangkan persepsi diri, pola tingkah laku, dan gaya hidup.  Pada waktu ini juga individu mulai untuk memilih tujuan hidup, semua perilaku diarahkan. Adler berpendapat bahwa ada manusia dalam kehidupan ini ada rasa rendah diri “inferiority“, perasaan inferiority ini menggerakkan seseorang untuk mencapai `superiority“.
Faham Adler tentang superiority lebih ditekankan pada masing-masing individu dalam memahami lingkungannya dan seseorang selalu berusaha untuk mengembangkan situasinya. Dalam istilah Adler semua fungsi yang kita miliki mengikuti arah tersebut, mereka berusaha keras mempertahankan, menjaga, mengembangkan, baik dalam hal yang baik, dan buruk. Adler berkeyakinan bahwa memberikan kondisi yang menyenangkan pada awal interaksi anak dengan keluarganya, akan semakin mendorong timbulnya minat sosial. Anak akan terdorong untuk mencapai keuntungan bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu cara mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan yang tercipta dari perasaan rendah diri adalah dengan meyakini bahwa seseorang mampu mengembangkan kesejahteraan dan kegembiraan kepada orang lain. Oleh karena itulah mereka merasa dirinya berharga. Untuk mengembangkan gaya hidup ada tiga konsep menurut Adler yaitu: self-deterministik, teleology  dan  holistik.
Menurut Adler bahwa individu menentukan tingkah lakunya bukan kejadian eksternal. Adler berpandangan individu mengontrol dirinya dan bergerak untuk mencapai tujuan sebagai sesuatu keseluruhan yang menyatu dan inilah yang dinamakan gaya hidup. Pada suatu saat dimana tujuan hidup telah dipilih serta gaya hidup dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut maka sangat sukar bagi setiap individu untuk merubahnya.
C.       Perkembangan Abnormal
Penyebab utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya perasaan inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai akibat perkembangan perasaan individu yang berlebihan terhadap inferioritas pada awal-awal kehidupannya, individu mengembangkan pola tingkah laku yang tidak cocok. Adler berpendapat bahwa peningkatan perasaan infetioritas bisa berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik & mentalnya yang cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.
1.   Cacat mental dan fisik
Individu yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat meningkatkan perasaan inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk mengatasi ketimbang cacat fisik. Anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik dan mental maka faktor yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi reaksi terhadap kejadian yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi positif atau negatif.
2.  Kesalahan dalam mengasuh
Anak yang dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup mengurus dirinya, sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang berada dalam lingkungan ini, tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu, sehingga ia tidak berpengalaman dalam kegagalan atau kesuksesan sedangkan individu akan menjadi seorang yang egosentris yang menganggap superiotitas/ lebih dari orang lain. Ini adalah kepribadian yang berbahaya bagi individu itu sendiri dan masyarakat.
Ada beberapa alasan individu mengembangkan rasa inferiorias yaitu: (1) individu mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar dengan jumlah ketegangan yang tidak biasa. (2) Akibat perasaan inferioritas, berhubungan dengan perkembangan individu terhadap minat sosial. Individu yang dimanja tidak memiliki keberanian. Individu yang menyimpulkan bahwa hubungan dengan orang lain tidak berarti dalam mencapai tujuan, sehingga membuat seseorang memilih tujuan yang ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.
D.      Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu  menemukan konsep dirinya. Kita tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah laku atas gejala-gejalanya. Jika seorang klien mengembangkan tingkah laku karena ia menemukan bahwa hal tersebut menguntungkan dirinya pada saat itu terjadi perubahan yang mendasar, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita itu berhasil. Maka selanjutnya kita akan mencoba untuk merubah tujuan dan konsep.
Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan inferioritasnya, (2) membantu individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam waktu yang sama membantu ia mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya, (3) mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi sosial.
E.        Proses Konseling
Adler adalah orang yang pertama untuk mengenali pentingnya hubungan antara konselor dan klien. Dalam pandangannya, terapi sangat utama sebagai suatu hubungan sosial. Pada hakekatnya, keseluruhan proses konseling dipandang sebagai suatu proses sosialisasi. Permasalahan klien sebagian besar adalah hasil dari tidak adanya sosialisasi, dan proses konseling merupakan sarana dalam mengembangkan kembali proses sosialisasi individu. Proses konseling mempunyai potensi, karena adanya interaksi antara konselor dan klien. Hubungan ini adalah unik sebab klien yang pertama kalinya yang berhadapan dengan orang lain tanpa merasa takut. Dengan diberikannya suasana yang hangat oleh konselor, maka klien akan merasa bahwa ia diterima dan akan mampu mengimbangi perasaan rendah dirinya secara terbuka.
Agar tercipta hubungan yang baik, maka konselor harus menjadi pendengar yang objektif yang penuh perhatian yang berkomunikasi dengan klien dan peduli terhadapnya, maka  konselor harus memiliki kemampuan menyatakan sesuatu kepada klien dalam berbagai cara yang dapat diterima oleh klien, jika tidak maka klien tidak akan pernah memahami tingkah lakunya sendiri dan konsekuensi logis dari tingkah lakunya itu.
Adler berpendapat dalam menciptakan hubungan konseling yang sesuai maka konseling melalui tiga tahapan:
  1. Tahap dimana konselor berusaha mengembangkan pemahaman terhadap tujuan serta gaya hidup dari klien
  2. Menginterpretasikan tingkah laku klien terhadap dirinya
  3. Perkembangan minat sosial klien itu sendiri.
Setelah proses ini, Adler berpendapat bahwa perilaku individu akan berubah. Ini adalah test konseling yang nyata bagi Adler, karena ia tidak percaya bahwa orang bisa mengembangkan pemahaman yang benar tentang dirinya tanpa suatu perubahan dalam perilaku. Jika tidak ada perubahan dan tidak memahami dirinya, berarti konseling belum sukses.
F.    Teknik Konseling
Pada teori ini, tugas konselor pertama yang sangat penting adalah harus mengembangkan pemahaman terhadap gaya hidup individu. Untuk memahami gaya hidup tersebur konselor dapat memulai dengan memuji tingkah laku klien pada saat sekarang. Dalam waktu bersamaan konselor mengobservasi tingkah laku dalam suasana konseling tersebut. Situasi yang hangat ini dirancang tidak hanya untuk mengembangkan interaksi sosial, tetapi juga membuka fiksi dari klien itu sendiri, sehingga konselor bisa mengetahui pola tingkah laku dari klien.
1.    Analisa Gaya Hidup
Dari perspektif Adler, tugas terapi yang paling utama adalah konselor dapat mengembangkan pemahaman gaya hidup individu. Dengan cara, mulai dengan pengujian perilaku klien. Ini terpenuhi dengan pertanyaan tentang keberadaan sekarang yang dirasakan dalam hidupnya. Pada waktu yang sama, konselor mengamati perilaku klien pada saat terjadinya konseling. Situasi dirancang tidak hanya untuk tingkatkan sosial interaksi, tetapi juga mengijinkan klien untuk bertindak terbuka. Dengan cara ini konselor dapat memperoleh suatu pengetahuan langsung pola perilaku klien. Setelah ini dipahami, konselor mencoba untuk memahami keseluruhan gaya hidup individu.
Ada dua teknik umum yang digunakan sebagai sasaran analisa yaitu tahap empati dan intuitif gessing. Perasaan empati sangat penting agar konselor memahami perasaan subjektif dari klien. Dengan memasuki keadaan klien maka konselor bisa memahami perasaan yang mengarahkan tingkah laku klien. Intuitif gessing yang digambarkan Adler bisa dihubungkan dengan kemampuan konselor untuk menginterpretasikan apa yang dikatakan oleh klien serta proses yang terjadi dalam pikiran klien.
Menurut Gushurt empat hal yang harus diketahui oleh konselor untuk mengembangkan pemahaman tentang gaya hidup :
  1. Konselor harus peduli terhadap faktor yang klien yakini sebagai pengaruh yang sangat penting terhadap kepribadian.
  2. Konselor harus mampu mengetahui pola-pola tingkah laku
  3. Konselor harus mampu membandingkan pola-pola yang terdapat dalam hubungan dengan keluarga klien untuk menentukan persamaan dan perbedaan
  4. Konselor harus melakukan interpretasi yang tepat terhadap materi dengan demikian konselor bisa memahami gaya hidup dan akibat logis.
Salah satu langkah yang aktual dalam proses adalah menyuruh klien menggambarkan hubungan keluarganya Data ini digunakan dalam upaya untuk menentukan faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan individu yang bisa membantu menemukan pola tingkah laku yang pasti, sehingga konselor bisa memahami interaksi khas pada individu yang dapat berpengaruh terhadap gaya hidup klien itu sendiri. Teknik ini mendapatkan perhatian yang serius dalam proses konseling.
2.    Menginterpretasi Early Recollections
Jika pemahaman terhadap keseluruhan gaya hidup individu penting, maka konselor harus mendorong klien untuk mendiskusikan ingatan-ingatannya. Adler yakin bahwa ingatan setiap individu tidak selalu sempurna (cenderung berat sebelah), la hanya ingat kejadian-­kejadian yang bermakna bagi gaya hidupnya sekarang. Dengan demikian bila konselor bisa memahami kejadian-kejadian dimana individu mendasarkan gaya hidupnya, maka konselor akan memiliki pemahaman yang baru terhadap kejadian yang ada pada klien.
3.    Interpretasi
 Jika pemahaman terhadap gaya hidup klien telah dikembangkan melalui analisa terhadap hubungan keluarga dan ingatan masa lampau, maka konselor perlu menginterpretasi pengalamannya terhadap klien dengan berbagai cara, sehingga klien akan menerima proses pemberitahuan tentang kesalahan dasar dalam hidupnya. konselor harus fleksibel dan menggunakan setiap metode yang dirasa dapat mengembangkan pemahaman terhadap klien. Jika klien telah mengembangkan pemahaman baru tentang tingkah lakunya. Adler yakin bahwa tingkah laku klien tersebut akan berubah.
4.    Konsultasi Adlerian
Salah satu perkembangan yang penting dalam gerakan Adlerian adalah prosedur konsultasi orang tua dan guru. Karena konselor sering dilibatkan dengan populasi ini. Maka kita pantas untuk melakukan pengujian terhadap prosedur secara sempurna.
Bernice Grunwald, seorang guru sekolah negeri dan anggota dari Institut Alfred Adler di Chicago, menyatakan bahwa jika semua anak-anak telah dibawa untuk menyadari bahwa tiap-tiap kelas di sekolah adalah unit kerja penyelesaian masalah dimana tiap-tiap individu mempunyai tanggung jawab atas perilakunya, maka permasalahan yang ada sekarang yang ada di sekolah tidak akan ada. Dia menyatakan bahwa ini mungkin terjadi jika guru percaya akan filosofi ini, dan mau belajar ilmu dinamika kelompok dan prosedur memeriksa. Itu juga berguna bagi orang tua, jika memanfaatkan filosofi ini bahwa rumah adalah suatu unit kerja penyesaian masalah, dan anak-anak mereka adalah mitra yang bertanggung jawab dalam prosesnya. Dalam rangka menetapkan lingkungan ini, baik di rumah dan di sekolah, orang tua dan para guru memerlukan beberapa pelatihan spesifik. Konselor akan menawarkan diri sebagai jasa konsultatif.
Dasar pendekatan Adlerian untuk melakukan konsultasi dengan orang tua dan guru telah dikembangkan oleh Dinkmeyer  dia menamakan prosedur ini dengan kelompok “C”. Dasar psikologi kelompok ini adalah .
  1. Tingkah laku bersifat holistik yang bisa pahami hanya dengan kesatuannya.
  2. Arti penting dari tingkah laku dihubungkan dengan konsekuensi yang diperoleh dari prosedur yang dilakukan
  3. Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu hanya bisa dipahami dalam konteks sosial
  4. Motivasi individu secara baik dengan mengetahui bagaimana individu berusaha untuk memperoleh pengakuan.
  5. Tingkah laku individu diarahkan pada tujuan
  6. Suatu rasa keterlibatan adalah dasar keberadaan manusia.
  7. Tingkah laku bisa dipahami dengan kerangka internal dari keberadaan individu
Prinsip yang tujuh ini berhubungan secara langsung dengan konsep Adlerian, didasari oleh Dinkmeyer yang merupakan cara mengajar orang tua dan para guru prinsip Adler dan cara untuk menerapkannya di rumah dan sekolah. Dasar pendekatan ini adalah menciptakan lingkungan di mana anak-anak didukung, tidak menakut-nakuti, dan mereka belajar bertanggung jawab untuk perilaku mereka sendiri dan perilaku itu mempengaruhi orang lain.
G.      Kekuatan dan Kontribusi
Pendekatan adelrian pada konseling mempunyai sejumlah kontribusi dan penekanan yang unik:
  1. Pendekatan ini meningkatkan suatu suasana yang mendukung melalui Teknik positif yang digunakan konselor. Ikatan dan komitmen ditingkatkan melalui prosesnya, dan kesempatan untuk berubah semakin meningkat pula. Dukungan konselor merupakan komoditas yang berharga. Konselor Adlerian mendekati klien dengan suatu orientasi pendidikan dan mengambil pandangan yang optimistis pada kehidupan.
  2. Pendekatan ini fleksibel untuk semua masa kehidupan. “ Ahli teori Adlerian telah mengembangkan model-model konseling untuk anak-anak, dewasa, orang-tua, seluruh keluarga, kelompok guru, dan segmen masyarakat lainnya ” (Purkey & Schmidt, 1987, p. 115). Bermain terapi bagi anak-anak usia 4 hingga 9 tahun tampaknya paling efektif.
  3. Pendekatan ini berguna dalam perawatan berbagai penyimpangan, termasuk penyimpangan perilaku, penyimpangan anti sosial, penyimpangan kegelisahan masa kanak-kanak dan dewasa, penyimpangan-penyimpangan beberapa afektif, dan penyimpangan kepribadian (Seligman, 1997).
  4. Pendekatan ini berkontribusi pada teori-teori pembantu lain dan pada pengetahuan umum dan pemahaman interaksi manusia. Banyak gagasan Adler telah diintegrasikan ke dalam pendekatan-pendekatan konseling.
  5. Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif di dalam konteks kultural yang berbeda-beda (Brown, 1997). Sebagai contohnya, konsep “ dukungan ” tepat untuk ditekankan dalam bekerja dengan kelompok yang secara tradisional telah menekankan kolaborasi seperti masyarakat Hispanik dan Asia Amerika, dimana konsep “ kompetisi keturunan” yang bertentangan dengan masyarakat Amerika Utara Eropa tradisional yang menekankan kompetisi ketegangan.
 H.      Keterbatasan Konseling Individual
 Teori Adlerian dibatasi oleh hal-hal berikut ini:
  1. Pendekatan ini kekurangan suatu dasar penelitian yang suportif. Hanya sedikit penelitian emprikal yang telah dilakukan mengenai teori Adlerian dan keefektifannya di dalam konseling.
  2. Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa konsep dan istilah-istilah.
  3. Pendekatan ini terlalu optimistik mengenai sifat manusia, khususnya dalam bidang kerjasama dan kepedulian sosial. Beberapa kritik mengenai sudut pandangnya mengabaikan dimensi-dimensi kehidupan lainnya, seperti kekuatan dan alam tidak sadar.
  4. Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang demokratis misalnya, tidak terlalu cocok dalam bekerja dengan klien yang konteks kulturalnya menekankan pada hubungan sosial lineal, seperti masyarakat Amerika Arab tradisional misalnya (Brown, 1997).
  5. Pendekatan ini, yang sangat bergantung pada penelitian verbal, logika, dan pencerahan, mungkin terbatas dalam penerapannya pada klien yang kurang cerdas (James & Gilliland, 2003).
REFLEKSI
  1. Jelaskan pemahamanmu mengenai konseling psikologi individual ?
  2. Kemukakanlah suatu kasus, kemudian analisislah timbulnya masalah atau tingkah laku salah suai dengan menerapkan pandangan teori konseling psikologi individual ?
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.

SUMBER RUJUKAN

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama. Bandung.
Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks, Jakarta.
Prayitno. (1998).  Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta

0 komentar:

Post a Comment