Konseling Psikologi
Individual (KOPSIN)
A. Latar Belakang
Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas
tahun lebih muda dari Freud.
Adler telah menjadi dokter praktek, ketika bergabung dengan Freud dan ahli
lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Sebagaimana
Freud, Adler juga mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dan evolusi
dalam pemikirannya. Karena itulah ia keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic
Vienna. Pada tahun 1911, Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal
sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual (Individual Psychology) dipelopori
Alfred Adler dan dikembangkan sebagai sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs
dan Donald Dinmeyer, yang dikenal dengan nama Adlerian Counseling (W.S
Winkel, 1997: 422). Pemikirannya ini memberikan pengaruh sangat cepat kepada
orang-orang di luar profesi analitik itu, yaitu pada para guru, doktor,
ahli ilmu lain, dan masyarakat umumnya. Hal ini disebabkan karena konsep Adler
mudah difahami daripada konsep Freud.
Pada dua puluh tahun terakhir psikologi individu telah berkembang lagi.
Masyarakat Psikologi Individu, yang terdiri dari anggota profesional, tumbuh di
mana-mana, jumlah anggotanya di atas 20.000 orang, karena sebelumnya mengalami
kemerosotan. Tumbuhnya pendekatan yang lain sudah menyatukan banyak konsep yang
mula-mula dikembangkan oleh Adler. Dengan kelahiran kembali dan pengaruh yang
luas ini, kita sekarang dapat kembali memperhatikan pemikiran yang menghasilkan
itu.
B. Teori Perkembangan Kepribadian
1. Struktur kepribadian
Perubahan dalam pemikiran Adler yang mendorongnya untuk berpisah dengan
Freud terpusat pada konsep Freud, yang menyatakan bahwa seseorang dikendalikan
oleh agresif dan lebido seksualnya. Adler datang mengatakan bahwa seorang
tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi
sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan
untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana
Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk
membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup.
Adler melihat bahwa masing-masing individu sebagai ketetapan dan suatu yang
utuh, bertindak secara keseluruhan ke arah tujuan hidup tertentu. Tujuan
masing-masing individu, memilih dirinya mengembangkan karakteristiknya
yang mencoba mencapai tujuan. Adler percaya bahwa cara memahami seseorang
adalah menemukan apa yang menjadi tujuannya, kemudian menentukan gaya hidup
individu agar dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan itu. Pendapat ini
berbeda dengan kepercayaan Freud dimana perilaku seseorang ditentukan oleh
pengaruh bawaan, sebagian besar ke luar dari kendali sadarnya. Pendapat
Adlerian, lebih menekankan pada pentingnya individu dan interaksinya dengan
lingkungan. Karenanya, penekanan Adler bukan lingkungan maupun keturunan
sebagai faktor penentu perilaku, melainkan pada interaksi lingkungan,
keturunan, dan individu sebagai faktor penentu perilaku.
Adler melihat bahwa yang menjadi penyebab perilaku adalah persepsi
individu, bukan peristiwa perilaku itu sendiri. Suatu peristiwa dalam hidup
individu, seperti kekurangan fisik, rumah tangga yang berantakan, atau guru tak
toleran, secara tidak langsung akan direspon individu melalui prilaku. Dalam
peristiwa yang nyata akan mempengaruhi beberapa perilaku yang berkembang,
tetapi ini tidak menentukan perilaku. Adler melihat persepsi individu ini
sebagai fiksi dan menekankan kepada mereka, jangan mencampurkan dengan
kenyataan. Individu dalam bertingkah laku juga sangat tergantung pada
persepsinya terhadap sesuatu. Menurut Adler persepsi itu merupakan fiksi
(sesuatu yang berdasarkan yang tidak sesungguhnya). Fiksi tersebut tercipta
dalam pikiran dan kenyataan, dan inilah pandangan Freud terhadap orang dan
tingkah laku mereka.
a. Tujuan Hidup.
Setiap individu mengembangkan tujuan fiksi pribadinya. Tujuan ini
dikembangkan melalui respon oleh seseorang untuk mengatasi kelemahan yang ada
dalam dirinya dalam menghadapi kehidupan, karena interpretasi individu terhadap
sesuatu merupakan fiksi, hal tersebut merupakan keyakinan fictional goal
yang merupakan suatu kesatuan bagi setiap orang. Setiap tingkah laku individu
mengacu pada pilihan yang telah mereka pilih fictional finalism, ini
merupakan kekuatan operasi sehari-hari. Seseorang akan melakukan interpretasi
secara terus menenus kejadian sehari-hari dalam kehidupannya sesuai dengan
tujuan hidupnya. Adler mengatakan bahwa perilaku individu sebagai gaya
hidupnya.
b. Gaya Hidup.
Adler berpendapat bahwa jika seseorang ingin mencapai superioritas, itu
akan penting untuk memimpin hidupnya dalam suatu pola teladan tertentu. Adler
menunjuk pola teladan ini sebagai suatu gaya hidup individu, karena
masing-masing individu itu unik. Ini merupakan suatu produk dorongan diri yang
ada dalam diri individu untuk menentukan arah perilaku dan lingkungannya, yang
bertindak untuk membentuk arah diri. Bentuk gaya hidup seseorang dapat dilihat
sebagai silogisme: “ ‘Aku adalah….’ ‘Dunia adalah…’ ‘Oleh karena itu…’ ” Adler
percaya bahwa tiap-tiap individu melewati proses ini, yang merupakan status
diri mulai dari pembentukan pola teladan prilaku, yang menjadi gaya hidup.
c. Minat Sosial.
Adler juga banyak menekankan pada pentingnya tingkah laku manusia sosial.
Anak dilahirkan dalam keluarga, interaksi yang pertama adalah keluarga. Semua
tingkah laku manusia pada kenyataannya adalah berinteraksi dengan makhluk lain.
Satu keinginan adalah dasar bagi semua manusia; keinginan untuk menjadi
anggota, dan minat sosial. Oleh karena itu, apapun yang dikerjakan oleh
seseorang, itu akan berhubungan dengan suatu kelompok sosial. Dengan perspektif
ini, Adler berpendapat bahwa orang belajar tingkah laku manusia secara efektif
dengan adanya interaksi sosial dimana perilaku berlangsung. Dengan alasan ini,
Adler berpendapat bahwa konsep tingkah laku manusia adalah psikologi sosial.
Agar dapat memahami konsep ini, kita harus menguji bagaimana Adler melihat
urutan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan kepribadian.
2. Perkembangan kepribadian
Adler sependapat dengan Freud dalam hal ini, yang mengatakan bahwa
kehidupan seseorang dipengaruhi oleh perkembangan empat atau lima tahun
pertama. Sepanjang tahap awal perkembangan, anak sudah mulai mengembangkan
persepsi diri, pola tingkah laku, dan gaya hidup. Pada waktu ini juga
individu mulai untuk memilih tujuan hidup, semua perilaku diarahkan. Adler
berpendapat bahwa ada manusia dalam kehidupan ini ada rasa rendah diri “inferiority“,
perasaan inferiority ini menggerakkan seseorang untuk mencapai `superiority“.
Faham Adler tentang superiority lebih ditekankan pada masing-masing
individu dalam memahami lingkungannya dan seseorang selalu berusaha untuk
mengembangkan situasinya. Dalam istilah Adler semua fungsi yang kita miliki
mengikuti arah tersebut, mereka berusaha keras mempertahankan, menjaga,
mengembangkan, baik dalam hal yang baik, dan buruk. Adler berkeyakinan bahwa
memberikan kondisi yang menyenangkan pada awal interaksi anak dengan
keluarganya, akan semakin mendorong timbulnya minat sosial. Anak akan terdorong
untuk mencapai keuntungan bagi dirinya maupun orang lain. Salah satu cara
mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan yang tercipta dari perasaan rendah
diri adalah dengan meyakini bahwa seseorang mampu mengembangkan kesejahteraan dan
kegembiraan kepada orang lain. Oleh karena itulah mereka merasa dirinya
berharga. Untuk mengembangkan gaya hidup ada tiga konsep menurut Adler yaitu:
self-deterministik, teleology dan holistik.
Menurut Adler bahwa individu menentukan tingkah lakunya bukan kejadian
eksternal. Adler berpandangan individu mengontrol dirinya dan bergerak untuk
mencapai tujuan sebagai sesuatu keseluruhan yang menyatu dan inilah yang
dinamakan gaya hidup. Pada suatu saat dimana tujuan hidup telah dipilih serta
gaya hidup dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut maka sangat sukar bagi
setiap individu untuk merubahnya.
C. Perkembangan Abnormal
Penyebab utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya
perasaan inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai
akibat perkembangan perasaan individu yang berlebihan terhadap inferioritas
pada awal-awal kehidupannya, individu mengembangkan pola tingkah laku yang
tidak cocok. Adler berpendapat bahwa peningkatan perasaan infetioritas bisa
berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik & mentalnya yang
cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.
1. Cacat mental dan fisik
Individu yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat
meningkatkan perasaan inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk
mengatasi ketimbang cacat fisik. Anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik dan
mental maka faktor yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi reaksi terhadap
kejadian yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi positif
atau negatif.
2. Kesalahan dalam mengasuh
Anak yang dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup
mengurus dirinya, sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang
berada dalam lingkungan ini, tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu,
sehingga ia tidak berpengalaman dalam kegagalan atau kesuksesan sedangkan
individu akan menjadi seorang yang egosentris yang menganggap superiotitas/
lebih dari orang lain. Ini adalah kepribadian yang berbahaya bagi individu itu
sendiri dan masyarakat.
Ada beberapa alasan individu mengembangkan rasa inferiorias yaitu: (1) individu
mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar dengan jumlah ketegangan yang
tidak biasa. (2) Akibat perasaan inferioritas, berhubungan dengan perkembangan
individu terhadap minat sosial. Individu yang dimanja tidak memiliki
keberanian. Individu yang menyimpulkan bahwa hubungan dengan orang lain tidak
berarti dalam mencapai tujuan, sehingga membuat seseorang memilih tujuan yang
ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.
D. Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu menemukan
konsep dirinya. Kita tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah
laku atas gejala-gejalanya. Jika seorang klien mengembangkan tingkah laku
karena ia menemukan bahwa hal tersebut menguntungkan dirinya pada saat itu
terjadi perubahan yang mendasar, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kita itu
berhasil. Maka selanjutnya kita akan mencoba untuk merubah tujuan dan konsep.
Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu
mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan
inferioritasnya, (2) membantu individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu
kejadian dan dalam waktu yang sama membantu ia mengembangkan tujuan-tujuan yang
baru yang mana ia bisa mengarahkan tingkah lakunya, (3) mengembangkan kembali
minat sosial dalam diri individu dengan cara interaksi sosial.
E. Proses Konseling
Adler adalah orang yang pertama untuk mengenali pentingnya hubungan antara
konselor dan klien. Dalam pandangannya, terapi sangat utama sebagai suatu
hubungan sosial. Pada hakekatnya, keseluruhan proses konseling dipandang
sebagai suatu proses sosialisasi. Permasalahan klien sebagian besar adalah
hasil dari tidak adanya sosialisasi, dan proses konseling merupakan sarana
dalam mengembangkan kembali proses sosialisasi individu. Proses konseling
mempunyai potensi, karena adanya interaksi antara konselor dan klien. Hubungan
ini adalah unik sebab klien yang pertama kalinya yang berhadapan dengan orang
lain tanpa merasa takut. Dengan diberikannya suasana yang hangat oleh konselor,
maka klien akan merasa bahwa ia diterima dan akan mampu mengimbangi perasaan
rendah dirinya secara terbuka.
Agar tercipta hubungan yang baik, maka konselor harus menjadi pendengar
yang objektif yang penuh perhatian yang berkomunikasi dengan klien dan peduli
terhadapnya, maka konselor harus memiliki kemampuan menyatakan sesuatu
kepada klien dalam berbagai cara yang dapat diterima oleh klien, jika tidak
maka klien tidak akan pernah memahami tingkah lakunya sendiri dan konsekuensi
logis dari tingkah lakunya itu.
Adler berpendapat dalam menciptakan hubungan konseling yang sesuai maka
konseling melalui tiga tahapan:
- Tahap dimana konselor berusaha mengembangkan pemahaman terhadap tujuan serta gaya hidup dari klien
- Menginterpretasikan tingkah laku klien terhadap dirinya
- Perkembangan minat sosial klien itu sendiri.
Setelah proses ini, Adler berpendapat bahwa perilaku individu akan berubah.
Ini adalah test konseling yang nyata bagi Adler, karena ia tidak percaya bahwa
orang bisa mengembangkan pemahaman yang benar tentang dirinya tanpa suatu
perubahan dalam perilaku. Jika tidak ada perubahan dan tidak memahami dirinya,
berarti konseling belum sukses.
F. Teknik Konseling
Pada teori ini, tugas konselor pertama yang sangat penting adalah harus
mengembangkan pemahaman terhadap gaya hidup individu. Untuk memahami gaya hidup
tersebur konselor dapat memulai dengan memuji tingkah laku klien pada saat
sekarang. Dalam waktu bersamaan konselor mengobservasi tingkah laku dalam
suasana konseling tersebut. Situasi yang hangat ini dirancang tidak hanya untuk
mengembangkan interaksi sosial, tetapi juga membuka fiksi dari klien itu
sendiri, sehingga konselor bisa mengetahui pola tingkah laku dari klien.
1. Analisa Gaya Hidup
Dari perspektif Adler, tugas terapi yang paling utama adalah konselor dapat
mengembangkan pemahaman gaya hidup individu. Dengan cara, mulai dengan
pengujian perilaku klien. Ini terpenuhi dengan pertanyaan tentang keberadaan
sekarang yang dirasakan dalam hidupnya. Pada waktu yang sama, konselor
mengamati perilaku klien pada saat terjadinya konseling. Situasi dirancang
tidak hanya untuk tingkatkan sosial interaksi, tetapi juga mengijinkan klien
untuk bertindak terbuka. Dengan cara ini konselor dapat memperoleh suatu
pengetahuan langsung pola perilaku klien. Setelah ini dipahami, konselor
mencoba untuk memahami keseluruhan gaya hidup individu.
Ada dua teknik umum yang digunakan sebagai sasaran analisa yaitu tahap
empati dan intuitif gessing. Perasaan empati sangat penting agar konselor
memahami perasaan subjektif dari klien. Dengan memasuki keadaan klien maka
konselor bisa memahami perasaan yang mengarahkan tingkah laku klien. Intuitif
gessing yang digambarkan Adler bisa dihubungkan dengan kemampuan
konselor untuk menginterpretasikan apa yang dikatakan oleh klien serta proses
yang terjadi dalam pikiran klien.
Menurut Gushurt empat hal yang harus diketahui oleh konselor untuk
mengembangkan pemahaman tentang gaya hidup :
- Konselor harus peduli terhadap faktor yang klien yakini sebagai pengaruh yang sangat penting terhadap kepribadian.
- Konselor harus mampu mengetahui pola-pola tingkah laku
- Konselor harus mampu membandingkan pola-pola yang terdapat dalam hubungan dengan keluarga klien untuk menentukan persamaan dan perbedaan
- Konselor harus melakukan interpretasi yang tepat terhadap materi dengan demikian konselor bisa memahami gaya hidup dan akibat logis.
Salah satu langkah yang aktual dalam proses adalah menyuruh klien
menggambarkan hubungan keluarganya Data ini digunakan dalam upaya untuk
menentukan faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan individu yang bisa
membantu menemukan pola tingkah laku yang pasti, sehingga konselor bisa
memahami interaksi khas pada individu yang dapat berpengaruh terhadap gaya
hidup klien itu sendiri. Teknik ini mendapatkan perhatian yang serius dalam
proses konseling.
2. Menginterpretasi Early Recollections
Jika pemahaman terhadap keseluruhan gaya hidup individu penting, maka
konselor harus mendorong klien untuk mendiskusikan ingatan-ingatannya. Adler
yakin bahwa ingatan setiap individu tidak selalu sempurna (cenderung berat
sebelah), la hanya ingat kejadian-kejadian yang bermakna bagi gaya hidupnya
sekarang. Dengan demikian bila konselor bisa memahami kejadian-kejadian dimana
individu mendasarkan gaya hidupnya, maka konselor akan memiliki pemahaman yang
baru terhadap kejadian yang ada pada klien.
3. Interpretasi
Jika pemahaman terhadap gaya
hidup klien telah dikembangkan melalui analisa terhadap hubungan keluarga dan
ingatan masa lampau, maka konselor perlu menginterpretasi pengalamannya
terhadap klien dengan berbagai cara, sehingga klien akan menerima proses
pemberitahuan tentang kesalahan dasar dalam hidupnya. konselor harus fleksibel
dan menggunakan setiap metode yang dirasa dapat mengembangkan pemahaman
terhadap klien. Jika klien telah mengembangkan pemahaman baru tentang tingkah
lakunya. Adler yakin bahwa tingkah laku klien tersebut akan berubah.
4. Konsultasi Adlerian
Salah satu perkembangan yang penting dalam gerakan Adlerian adalah prosedur
konsultasi orang tua dan guru. Karena konselor sering dilibatkan dengan
populasi ini. Maka kita pantas untuk melakukan pengujian terhadap prosedur
secara sempurna.
Bernice Grunwald, seorang guru sekolah negeri dan anggota dari Institut
Alfred Adler di Chicago, menyatakan bahwa jika semua anak-anak telah dibawa
untuk menyadari bahwa tiap-tiap kelas di sekolah adalah unit kerja penyelesaian
masalah dimana tiap-tiap individu mempunyai tanggung jawab atas perilakunya,
maka permasalahan yang ada sekarang yang ada di sekolah tidak akan ada. Dia
menyatakan bahwa ini mungkin terjadi jika guru percaya akan filosofi ini, dan
mau belajar ilmu dinamika kelompok dan prosedur memeriksa. Itu juga berguna
bagi orang tua, jika memanfaatkan filosofi ini bahwa rumah adalah suatu unit
kerja penyesaian masalah, dan anak-anak mereka adalah mitra yang bertanggung
jawab dalam prosesnya. Dalam rangka menetapkan lingkungan ini, baik di rumah
dan di sekolah, orang tua dan para guru memerlukan beberapa pelatihan spesifik.
Konselor akan menawarkan diri sebagai jasa konsultatif.
Dasar pendekatan Adlerian untuk melakukan konsultasi dengan orang tua dan
guru telah dikembangkan oleh Dinkmeyer dia menamakan prosedur ini dengan
kelompok “C”. Dasar psikologi kelompok ini adalah .
- Tingkah laku bersifat holistik yang bisa pahami hanya dengan kesatuannya.
- Arti penting dari tingkah laku dihubungkan dengan konsekuensi yang diperoleh dari prosedur yang dilakukan
- Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu hanya bisa dipahami dalam konteks sosial
- Motivasi individu secara baik dengan mengetahui bagaimana individu berusaha untuk memperoleh pengakuan.
- Tingkah laku individu diarahkan pada tujuan
- Suatu rasa keterlibatan adalah dasar keberadaan manusia.
- Tingkah laku bisa dipahami dengan kerangka internal dari keberadaan individu
Prinsip yang tujuh ini berhubungan secara langsung dengan konsep Adlerian,
didasari oleh Dinkmeyer yang merupakan cara mengajar orang tua dan para guru
prinsip Adler dan cara untuk menerapkannya di rumah dan sekolah. Dasar
pendekatan ini adalah menciptakan lingkungan di mana anak-anak didukung, tidak
menakut-nakuti, dan mereka belajar bertanggung jawab untuk perilaku mereka
sendiri dan perilaku itu mempengaruhi orang lain.
G. Kekuatan dan Kontribusi
Pendekatan adelrian pada konseling mempunyai sejumlah kontribusi dan
penekanan yang unik:
- Pendekatan ini meningkatkan suatu suasana yang mendukung melalui Teknik positif yang digunakan konselor. Ikatan dan komitmen ditingkatkan melalui prosesnya, dan kesempatan untuk berubah semakin meningkat pula. Dukungan konselor merupakan komoditas yang berharga. Konselor Adlerian mendekati klien dengan suatu orientasi pendidikan dan mengambil pandangan yang optimistis pada kehidupan.
- Pendekatan ini fleksibel untuk semua masa kehidupan. “ Ahli teori Adlerian telah mengembangkan model-model konseling untuk anak-anak, dewasa, orang-tua, seluruh keluarga, kelompok guru, dan segmen masyarakat lainnya ” (Purkey & Schmidt, 1987, p. 115). Bermain terapi bagi anak-anak usia 4 hingga 9 tahun tampaknya paling efektif.
- Pendekatan ini berguna dalam perawatan berbagai penyimpangan, termasuk penyimpangan perilaku, penyimpangan anti sosial, penyimpangan kegelisahan masa kanak-kanak dan dewasa, penyimpangan-penyimpangan beberapa afektif, dan penyimpangan kepribadian (Seligman, 1997).
- Pendekatan ini berkontribusi pada teori-teori pembantu lain dan pada pengetahuan umum dan pemahaman interaksi manusia. Banyak gagasan Adler telah diintegrasikan ke dalam pendekatan-pendekatan konseling.
- Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif di dalam konteks kultural yang berbeda-beda (Brown, 1997). Sebagai contohnya, konsep “ dukungan ” tepat untuk ditekankan dalam bekerja dengan kelompok yang secara tradisional telah menekankan kolaborasi seperti masyarakat Hispanik dan Asia Amerika, dimana konsep “ kompetisi keturunan” yang bertentangan dengan masyarakat Amerika Utara Eropa tradisional yang menekankan kompetisi ketegangan.
H. Keterbatasan Konseling Individual
Teori Adlerian dibatasi oleh
hal-hal berikut ini:
- Pendekatan ini kekurangan suatu dasar penelitian yang suportif. Hanya sedikit penelitian emprikal yang telah dilakukan mengenai teori Adlerian dan keefektifannya di dalam konseling.
- Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa konsep dan istilah-istilah.
- Pendekatan ini terlalu optimistik mengenai sifat manusia, khususnya dalam bidang kerjasama dan kepedulian sosial. Beberapa kritik mengenai sudut pandangnya mengabaikan dimensi-dimensi kehidupan lainnya, seperti kekuatan dan alam tidak sadar.
- Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang demokratis misalnya, tidak terlalu cocok dalam bekerja dengan klien yang konteks kulturalnya menekankan pada hubungan sosial lineal, seperti masyarakat Amerika Arab tradisional misalnya (Brown, 1997).
- Pendekatan ini, yang sangat bergantung pada penelitian verbal, logika, dan pencerahan, mungkin terbatas dalam penerapannya pada klien yang kurang cerdas (James & Gilliland, 2003).
REFLEKSI
- Jelaskan pemahamanmu mengenai konseling psikologi individual ?
- Kemukakanlah suatu kasus, kemudian analisislah timbulnya masalah atau tingkah laku salah suai dengan menerapkan pandangan teori konseling psikologi individual ?
Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut
jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa
yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.
SUMBER RUJUKAN
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Refika Aditama. Bandung.
Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan
Terapi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks,
Jakarta.
Prayitno. (1998). Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP
Padang
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment