Banner 468 x 60px

 

Thursday, September 26, 2013

Landasan Teori dan Hipotesis

0 komentar


LANDASAN DAN HIPOTESIS TEORI
A.    Landasan Teori
1.      Pengertian Teori
Istilah teori telah banyak diungkap oleh beberapa para ahli. Sukmadinata (1999: 17) menyatakan bahwa teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (set statement) yang menjelaskan serangkaian hal. Teori merupakan abstraksi dari pengetahuan pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil. Menurut Kerlinger dalam Nazir (2005:19) menyatakan bahwa teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Suatu set dari proporsi yang mengandung sistematis  dan fenomena.
Menurut Sukmadinata (1999 :17) ada tiga kelompok karakteristik utama sistem pernyataan  suatu teori, yaitu :
a)      Pernyataan dalam suatu teori besifat memadukan (unitying statement)
b)      Pernyataan tesebut berisi kaidah-kaidah umum (universal preposition)
c)      Pernyataan bersifat meramalkan (predictive statement)
Rose dalam sukmadinata (1999:18) menyatakan bahwa karakteristik pernyataan (set of statement) tersebut meliput defenisi, asumsi, dan kaidah-kaidah umum. Dalam rumusan yang lebih kompleks, teori ini juga menyangkut hukum-hukum. Hipotesis, dan deduksi-deduksi yang logis-sistematis. Teori harus mampu menjangkau kedepan, bukan hanya menggambarkan apa adanya tetapi mampu meramalkan (prediktif) apa yang akan terjadi atas suatu hal
Nazir (2005:19) menyatakan bahwa ada tiga hal yang perl diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Teori adalah sebuah set proporsi yang terdiri atas kontrak (construct) yang sudah didefenisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur  dalam set tersebut secara jelas pula.
2)      Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antar konstrak sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan.
3)      Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana.
2.      Peran dan Fungsi Teori
Teori merupakan alat dari ilmu (tool of science). Nazir (2005: 19-20) menyatakan bahwa sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai berikut:
a)      Teori mendefenisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan defenisi terhadap jenis-jenis  data yang akan dibuat abstraksinya. Teori sebagai orientasi utama dari ilmu. fungsi utama dari teori adalah memberi batasan terhadap ilmu  dengan cara memperkecil jangakauan (range) dari fakta yang akan dipelajari. Karena banyak fenomena yangdapat dipelajari dari berbagai aspek, maka teori membatasi aspek mana saja yang akan dipelajari dari suatu fenomena tertentu. Dengan adanya teori, maka jenis fakta mana yang relevan dengan aspek tertentu dari fenomena dapat dicari dan ditentukan.
b)      Teori memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana mana fenomena-fenomena yang relevan disistematiskan, diklarifikasikan, dan dihubung-hubungkan. Teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi. Tugas dari ilmu juga mengembangkan sistem klasifikasi dari struktur konsep. Dalam pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan penting, karena konsep serta  klasifikasi selalu berubah karena pentingnya suatu fenomena-fenomena berubah-ubah.
c)      Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem generalisasi. Teori meringkaskan fakta. Teori meringkaskan hasil penelitian. Dengan adanya teori, generalisasi  terhadap penelitian dapat dilakukan dengan mudah. Teori juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan  antargeneralisasi atau pernyataan.
d)     Teori memberikan prediksi terhadap fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas tersebut, maka dapat dibuat prediksi terhadap  fakta-fakta yang akan datang. Teori fakta-fakta apa yang dapat mereka harapkan muncul berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena sekarang.
e)      Teori memperjelas celah-celah didalam pengetahuan kita. Teori  menjelaskan celah kosong. Karena meringkaskan fakta-fakta sekarang dan memprediksi fakta-fakta yang akan datang, yang belum diamati, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelaskan daerah mana dalam khanazah ilmu pengetahuan yang belum dieksplorasi.
Sukmadinata (1999: 20) menyataka bahwa minimal ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati oleh ilmuwan, yaitu
a)      Mendeskripsikan
b)      Menjelaskan
c)      Memprediksi
Sukmadinata ( 1999 :21) menyatakan bahwa untuk usaha mendeskripsikan, menjelaskan, dan membuat prediksi, para ahli terus mencari dan menemukan hukum-hukum tersebut. Melalui proses demikin mungkin terjadi di dalam suatu set kejadian, semua hukum dan interelasinya dalam menyatakan dan teori itu telah berkembang menjadi hukum yang lebih tinggi. Para ahli teori mencari hubungan baru dengan menggabungkan beberapa set kejadian menjadi suatu set kejadian yang baru yang lebih universal. Hal itu mendorong pencarian dan pengkajian selanjutnya, untuk menemukan hukum-hukum baru dan hubungan-hubungan baru dalam suatu teori baru. Fungsi yang lebih besar dari suatu teori adalah melahirkan teori baru.
Terkait dengan fungsi teori baru, sukmadinata(1999 : 21) menguraikan tentang proses pembentukan suatu teori atau bagaimana proses berteori berlangsung melalui beberapa langkah  berikut:
1)      Pendefenisian istilah merupakan hal yang sangat penting dalam berteori, terutama berkenaan dengan kejelasan atau ketepatan penggunaan istilah yang telah didefenisikan.
2)      Klasifikasi yaitu pengelompokan informasi-informasi yang relevan dengan kategori-kategori yang sejenis. Klasifikasi juga merupakan pngelompokan fakta dan generalisasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang homogen, tetapi tidak menjelaskan  interelasi antarkelompok atau  interreaksi antar fakta dengan generalisasi dalam suatu kelompok.
3)      Mengadakan induksi dan deduksi. Induksi dan deduksi merupaka dua proses penting didalam mengembangkan pernyataan-pernyataan teoritis setelah pendefnisian dan pengklasifikasian. Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang lebih bersifat umum dari fakta-fakta atau hal-hal yang bersifat khusus. Deduksi merupakan penurunan kaidah-kaidah khusus dari kaidah yang lebih umum.
4)      Informasi, prediksi, dan penelitian. Pembentukan suatu teori kompleks mungkin berpangkal dari inferesi-inferensi yaitu penyimpulan dari apa yang diamati. Inferensi ini mungkin ditarik melalui perumusan asumsi, hipotesis dan generalisasi dari hasil-hasil observasi. Sesuai dengan fungsi dari teori yaittu memberikan prediksi, teori juga brekembang melalui pediksi dan juga penelitian. Interelasi antara prediksi yang dibuktikan dengan suatu penelitian, tetap ada juga yang tetap sebagai prediksi.
5)      Pembentukan model-model. Karena yang dicakup dengan teori sering menyangkut hal-hal yang sifatnya abstrak dan kompleks, maka untuk memberikan gambaran yang lebih kompleks, maka untuk memberikan gambarana yang lebih konkret  dan sederhana dibuat model-model. Model ini menggambarkan kejadian-kejadian serta interaksi antara kejadian.
6)      Pembentukan subteori. Suatu teori yang telah mapan dan komprehesif mendorong untuk terbentuknya sub-subteori. Subteori ini cenderung memperluas lingkup dari suatu teori dan juga memberikan penyempurnaan.
3.      Kajian Teori dan Studi Kepustakaan
Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian kepustakaan atau studi kepustakaan. Karena teori secara nyata dapat diperoleh melalu studi atau kajian kepustakaan. Nazir ( 2005 : 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur, selain dari mencari ilmu yang beber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai kemana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat, sehingga suatu yang diperlukan diperoleh informasi dari penelitian terdahulu.
Menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian. Melalui studi atau kajian kepustakan akan diperoleh  informasi dari penelitian terdahulu.
Survei atau kajian teori dapat dikerjakan sebelum atau setelah masalah penelitian dipilih. Jika studi kepustakaan dilakukan sebelum penelitian masalah, penelaahan kepustakaan termasuk memperoleh ide tentang maslag apa yang paling up to date untuk dirumuskan dalam penelitian.
Kajian teori dapat diperoleh  menggunakan sumber bacaan. Beberapa jenis sumber bacaaan yang dapat digunakan untuk memperoleh teori-teori yang relevan:
a)      Buku teks
Buku teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval yang tidak tentu (Nazir, 2005 :106) buku teks berkenaan dengan suatu bidang ilmu yang isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai buku wajib dalam mata kuliah tertentu.
b)      Jurnal
Jurnal ialah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil seminar yang diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah (Nazir, 2005:106). Biasanya diterbitkan dalam sekali tiga bulan. Atau sekitar 3-4 jilid setahun.
Jurnal berisi lebih dari satu artikel ilmiah dalam satu volume, yang ditulis oleh banyak pengarang-pengarang ilmuwan. Ada juga yang berisis hanya ringkasan-ringkasan artikel dari pengarang yang dinamakan review journal atau abstract journal.
Review journal adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang dipersingkat dalam suatu cabang pengetahuan. Ringkasan artikel itu bukan saja berisi ikhtisar dari hasil penemuan teapi dimulai dari masalah dan termasuk metode penelitian, review jurnal diterbitkan secara berkala.
Abstract journal adalah majalah ilmiah yang berisi singkatan atau ikhtisar dari artikel-artikel dari jurnal-jurnal terbaru. Artikel singkatan berisi judul, metode serta singkatan. Artikel yang sudah disingkatkan tidak lebih dari artikel yang baru diterbitkan oleh jurnal-jurnal, antara 8-10 bulan yang lampau.
c)      Periodical
Menurut Nazir ( 2005 :107) periodical adalah majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta yang beirisi penelitian yang dikerjakan. Banyak periodical yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
d)     Yearbook
Adalah buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun diterbitkan tiap tahun oleh lembaga pemerintah atau swasta. Adakalanya tiap tahun yearbook dikeluarkan membahas suatu masalah bidang ilmu (Nazir 2005 :107)
e)      Buletin
Nazir (2005 : 107) menyatakan bahwa buletin adalah tulisan ilmiah pendek yang diterbitkan secara berkala yang berisi catatan-catatan ilmiah ataupun petunjuk-petunjuk ilmiah tentang suatu kegiatan operasional. Jika buletin berisikan  satu artikel  mengenai hasil penelitian sering disebut contributions
f)       Circular
Adalah tulisan ilmiah pendek dan praktis, biasanya dikeluarkan oleh lembaga negara atau swasta seperti universitas. Lembaga penelitian, dinas-dinas dan sebagainya (nazir ,2005 :108). Circular tidak diterbitkan dalam interval tertentu.
g)      Leaflet
Berisikan karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta, dengan interval yang tidak tetap
h)      Annual review
Berisi ulasan-ulasan tentang literatur ang telah diterbitkan selama masa setahun atau beberapa tahun yang lampau. Dalam menngunakan anual review ini, maka carilah annual review yang terbaru, kemudian baru mundur kejilid-jilid sebelumnya.
i)        Off print
Adakalnaya perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pengarang yan terlepas dari majalah atau dari buku teks.
j)        Reprint
Jika satu artikel yang sudah dimuat dalam satu majalah ilmiah dan dicetak ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul bahan demikian dinamakan reprint

k)      Recent advance
Nazir (2005 :109)  menyatakan bahwa recent advance adalah majalah ilmiah yang berisikan artikel-artikel yang tidak diperoleh dalam review journal
l)        Bibliografi
Menurut Nazir (2005 : 109 ) bibliografi adalah buku yang berisi judul-judul artikel yang membahas bidang ilmu tertentu. Dalam bukku tersebut diberikan judul, pengarang, tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari sumber mana artikel tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan buku referensi pada perpustakaan, dan pembaca dengan membaca buku ini memperoleh petunjuk mengenai artikel-artikel yang beguna dalam bidang ilmu tertentu, dan dalam buku atau majalah ilmiah mana artikel tersebut dapat diperoleh.
m)    Handbook
Adalah buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu maslah tertentu, ataupun tentang suatu fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja mempunyai pengarang, ataupun tanpa pengarang , tetapi dikumpulkan oleh suatu instansi tertentu (Nazir. 2005 :110)
n)      Manual
Adalah buku petunjuk tentang pengerjakan atau melakukan sesuatu secra terperinci. Biasanya mengenai suatu masalah praktis, baik dalam mengukur, melakukan kegiatan atau memakai sesuatu secara benar (Nazir, 2005 :110).
B.     Hipotesis
1.      Pengertian Hipotesis
Hipotesis adalah penyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keteranga sementara dari hubungan-hubungan fenomena yang kompleks
Trelease (Nazir, 2005:151) memebrikan defenisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan Good dan Scates (Nazir, 2005 :151) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (Nazir 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel
2.      Ciri-Ciri Hipotesis
Kriteria atau ciri-ciri hipotesis menurut Furchan (2004: 121-129) yaitu:
·         Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
·         Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.
·         Hipotesis harus dapat diuji
·         Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
·         Hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana dan seringkas mungkin
Nazir (2005 :152) hipotesis yang baik itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·         Hipotesis harus menyatakan hubungan.
Hipotesisi harus merupakan penyataan terkaan tentang hubungan-hubungan antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandungdua atau lebih variabel-variabel yang dapat diukur ataupun secara profesional dapat diukkur. Hipoteisi menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.
·         Hipotesis harus sesuai dengan fakta
Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas hipotesis harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan fakta.
·         Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuna dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak pernyataan hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang sudah tidak berfungsi sama sekali
·         Hipotesis harus dapat diuji baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statiska. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduksi
·         Hipotesis harus sederhana
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana dan terbatas mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian.
·         Hipotesis harus menerangkan fakta
Hipotesis juga harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan hubungan-hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitka dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.
Secara umum menurut Nazir (2005 : 153) hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktifatau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana.
3.      Kegunaan Hipotesis
Pentingnya hipotesis seperti yang dinyatakan Furchan (2004: 115) yang mengungkapkan setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan hipotesis. Kedua alasan tersebut adalah:
a)      Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukan bahwa penliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu.
b)      Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data. Hipotesis dapat menunjukan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan.
Dalam penelitian hipotesis merupakan hal yang berguna. Furchan (2004:115) mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian, yaitu:
a)      Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala yang serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
b)      Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian.
c)      Hipotesis pemberikan arahan kepada penelitian.
d)     Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
4.      Jenis-Jenis Hipotesis
Nazir (2005” 153-154) menyatakan bahwa hipotesis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, dan tergantung dari pendekatan dalam membaginya. Hipotesis dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
a)      Hipotesis hubungan dan pebedaan.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik kolerasi dan regresi. Sebaliknya hippotesis ang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleha adanya variabel –variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatif.
Hipotesis tentang hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis. Secara analitis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat yang lainnya.
b)      Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Hipotesis nul diperkenalkan oleh bapak statistikan Fisher, diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian. Dalam hipotesis ini selalu ada implikasi “tidak ada beda”. Hipotesis biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Dengan menolak hipotesis nu biasanya kita menerima hipotesis pasangan yang disebut hipotesis alternatif. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental..
Hipotesis kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif didalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan seperti “andaikata... maka,..”
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam disain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, sipeneliti dapat bekerja dengan mudah da terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah-masalah penelitiannya.
c)      Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common sense( akal sehat) hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan hipotesis analisis.
5.      Bentuk Rumusan Hipotesis
Menurut Sugiyono (2001:83-86) menurut tingkatan eksplanasi yanga akan diuji, maa rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a)      Hipotesis dekriptif,
Menurut Sugiyono (2001:83) hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri tidak membuat perbandingan atau hubungan. Maka hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.
Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol denan hipotesis alternatif sealu berpasangan., bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya diterima. Hipotesis dinyatakan melalui simbol-simbol.
Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol statistik dan antara hipotesis nol ( Ho) dan alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasangkan, itu maka daat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.
b)      Hipotesis komparatif
Menurut Sugiyono (2001:85) hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
c)      Hipotesis hubungan (asosiatif)
Sugiyono (2001:86) meyatakan bahwa hipotesois asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
6.      Cara Menguji Hipotesis
Menurut Furchan (2004 : 130-131) untuk menguji hipotesis peneliti harus:
a)      Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi  yang akan dapat diamati apabila  hipotesis tersebut benar.
b)      Memilih metode-metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimental, atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukan apakah akibat-akibat terjadi atau tidak
c)      Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yag dapat dianalisis untuk menunjukan apakan hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
Bagi seorang peneliti hipotesis bukan merupakan suatu hal yang menjadi vested interest, dalam artian bahwa hipotesis harus diterima kebenarannya. Penolakan hipotesis dapat merupakan penemuan yang positif,  karena telah memecahkan ketidaktahuan universal dan memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik.  Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya tetapi diuji validitasnya.
Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum sipeneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang lua mengenai teori. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan desain penelitian yang digunakan. Yang penting disadari adalah hipotesis harus diuji dan dieavaluasikan. Apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau dengan logika.
Secara umum hipotesis dapat diuji dengan dua cara, yaitu mencocokan dengan fakta atau mempelajari konsistensi logis. Dalam menguji hipotesis dengan mencocokan fakta, maka perlu percobaan-percobaanuntuk memperoleh data, data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau tidak. Cara ini biasanya dikerjakan dengan menggunakan diseain percobaan. Jika hipotesis diuji dengan konsistensi logis, maka sipeneliti memilih  suatu desain dimana logika dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis. Cara ini sering digunakan untuk menguji hipotesis pada peelitian yag menggunakan metode noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah , dan sebagainya.
7.      Penelitian Tanpa Hipotesis
Arikunto (2002:17) mengatakan semua penelitian pasti berhipotesis. Semua penelitian diharapkan menentukan jawaban sementarayang aan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada dan butur-butirnya sudah disebutdalam problematika maupu tujuan penerimaan.
Hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali dalam sebuah penelitian, banyaknya hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan  2 sifatnya deskriptif tidak dikuti dengan hipotesis, tetapi problematika ke 3 dihipotesiskan.


 Baca Juga yang Terkait di Sini

0 komentar:

Post a Comment