LANDASAN DAN HIPOTESIS TEORI
A. Landasan Teori
1.
Pengertian Teori
Istilah
teori telah banyak diungkap oleh beberapa para ahli. Sukmadinata (1999: 17)
menyatakan bahwa teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (set statement) yang menjelaskan serangkaian
hal. Teori merupakan abstraksi dari pengetahuan pengertian atau hubungan dari
proporsi atau dalil. Menurut Kerlinger dalam Nazir (2005:19) menyatakan bahwa
teori adalah sebuah set konsep atau construct
yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Suatu set dari proporsi yang
mengandung sistematis dan fenomena.
Menurut
Sukmadinata (1999 :17) ada tiga kelompok karakteristik utama sistem
pernyataan suatu teori, yaitu :
a)
Pernyataan dalam suatu teori besifat
memadukan (unitying statement)
b)
Pernyataan tesebut berisi kaidah-kaidah
umum (universal preposition)
c)
Pernyataan bersifat meramalkan (predictive statement)
Rose dalam sukmadinata (1999:18)
menyatakan bahwa karakteristik pernyataan (set
of statement) tersebut meliput defenisi, asumsi, dan kaidah-kaidah umum.
Dalam rumusan yang lebih kompleks, teori ini juga menyangkut hukum-hukum.
Hipotesis, dan deduksi-deduksi yang logis-sistematis. Teori harus mampu
menjangkau kedepan, bukan hanya menggambarkan apa adanya tetapi mampu
meramalkan (prediktif) apa yang akan terjadi atas suatu hal
Nazir (2005:19) menyatakan bahwa ada
tiga hal yang perl diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut:
1)
Teori adalah sebuah set proporsi yang
terdiri atas kontrak (construct) yang
sudah didefenisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas pula.
2)
Teori menjelaskan hubungan antarvariabel
atau antar konstrak sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena
yang diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan.
3)
Teori menerangkan fenomena dengan cara
menspesifikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana.
2.
Peran dan Fungsi Teori
Teori
merupakan alat dari ilmu (tool of science).
Nazir (2005: 19-20) menyatakan bahwa sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai
peranan sebagai berikut:
a)
Teori mendefenisikan orientasi utama
dari ilmu dengan cara memberikan defenisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya. Teori
sebagai orientasi utama dari ilmu. fungsi utama dari teori adalah memberi
batasan terhadap ilmu dengan cara
memperkecil jangakauan (range) dari
fakta yang akan dipelajari. Karena banyak fenomena yangdapat dipelajari dari
berbagai aspek, maka teori membatasi aspek mana saja yang akan dipelajari dari
suatu fenomena tertentu. Dengan adanya teori, maka jenis fakta mana yang relevan
dengan aspek tertentu dari fenomena dapat dicari dan ditentukan.
b)
Teori memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana mana
fenomena-fenomena yang relevan disistematiskan, diklarifikasikan, dan
dihubung-hubungkan. Teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi. Tugas dari
ilmu juga mengembangkan sistem klasifikasi dari struktur konsep. Dalam
pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan penting, karena konsep serta klasifikasi selalu berubah karena pentingnya
suatu fenomena-fenomena berubah-ubah.
c)
Teori memberi ringkasan terhadap fakta
dalam bentuk generalisasi empiris dan sistem generalisasi. Teori meringkaskan
fakta. Teori meringkaskan hasil penelitian. Dengan adanya teori,
generalisasi terhadap penelitian dapat
dilakukan dengan mudah. Teori juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu
sama lain secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan antargeneralisasi atau pernyataan.
d)
Teori memberikan prediksi terhadap
fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan menghasilkan uniformitas dari
pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas tersebut, maka dapat dibuat
prediksi terhadap fakta-fakta yang akan
datang. Teori fakta-fakta apa yang dapat mereka harapkan muncul berdasarkan
pengamatan fenomena-fenomena sekarang.
e)
Teori memperjelas celah-celah didalam
pengetahuan kita. Teori menjelaskan
celah kosong. Karena meringkaskan fakta-fakta sekarang dan memprediksi
fakta-fakta yang akan datang, yang belum diamati, maka teori dapat memberikan
petunjuk dan memperjelaskan daerah mana dalam khanazah ilmu pengetahuan yang
belum dieksplorasi.
Sukmadinata (1999: 20) menyataka bahwa
minimal ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati oleh ilmuwan, yaitu
a)
Mendeskripsikan
b)
Menjelaskan
c)
Memprediksi
Sukmadinata ( 1999 :21) menyatakan bahwa
untuk usaha mendeskripsikan, menjelaskan, dan membuat prediksi, para ahli terus
mencari dan menemukan hukum-hukum tersebut. Melalui proses demikin mungkin
terjadi di dalam suatu set kejadian, semua hukum dan interelasinya dalam
menyatakan dan teori itu telah berkembang menjadi hukum yang lebih tinggi. Para
ahli teori mencari hubungan baru dengan menggabungkan beberapa set kejadian
menjadi suatu set kejadian yang baru yang lebih universal. Hal itu mendorong
pencarian dan pengkajian selanjutnya, untuk menemukan hukum-hukum baru dan
hubungan-hubungan baru dalam suatu teori baru. Fungsi yang lebih besar dari
suatu teori adalah melahirkan teori baru.
Terkait dengan fungsi teori baru,
sukmadinata(1999 : 21) menguraikan tentang proses pembentukan suatu teori atau
bagaimana proses berteori berlangsung melalui beberapa langkah berikut:
1)
Pendefenisian istilah merupakan hal yang
sangat penting dalam berteori, terutama berkenaan dengan kejelasan atau
ketepatan penggunaan istilah yang telah didefenisikan.
2)
Klasifikasi yaitu pengelompokan
informasi-informasi yang relevan dengan kategori-kategori yang sejenis.
Klasifikasi juga merupakan pngelompokan fakta dan generalisasi ke dalam bentuk
kelompok-kelompok yang homogen, tetapi tidak menjelaskan interelasi antarkelompok atau interreaksi antar fakta dengan generalisasi
dalam suatu kelompok.
3)
Mengadakan induksi dan deduksi. Induksi
dan deduksi merupaka dua proses penting didalam mengembangkan
pernyataan-pernyataan teoritis setelah pendefnisian dan pengklasifikasian.
Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang lebih bersifat umum dari
fakta-fakta atau hal-hal yang bersifat khusus. Deduksi merupakan penurunan
kaidah-kaidah khusus dari kaidah yang lebih umum.
4)
Informasi, prediksi, dan penelitian.
Pembentukan suatu teori kompleks mungkin berpangkal dari inferesi-inferensi
yaitu penyimpulan dari apa yang diamati. Inferensi ini mungkin ditarik melalui
perumusan asumsi, hipotesis dan generalisasi dari hasil-hasil observasi. Sesuai
dengan fungsi dari teori yaittu memberikan prediksi, teori juga brekembang
melalui pediksi dan juga penelitian. Interelasi antara prediksi yang dibuktikan
dengan suatu penelitian, tetap ada juga yang tetap sebagai prediksi.
5)
Pembentukan model-model. Karena yang
dicakup dengan teori sering menyangkut hal-hal yang sifatnya abstrak dan
kompleks, maka untuk memberikan gambaran yang lebih kompleks, maka untuk
memberikan gambarana yang lebih konkret
dan sederhana dibuat model-model. Model ini menggambarkan kejadian-kejadian
serta interaksi antara kejadian.
6)
Pembentukan subteori. Suatu teori yang
telah mapan dan komprehesif mendorong untuk terbentuknya sub-subteori. Subteori
ini cenderung memperluas lingkup dari suatu teori dan juga memberikan
penyempurnaan.
3.
Kajian Teori dan Studi Kepustakaan
Pengkajian
teori tidak akan terlepas dari kajian kepustakaan atau studi kepustakaan.
Karena teori secara nyata dapat diperoleh melalu studi atau kajian kepustakaan.
Nazir ( 2005 : 93) menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi literatur,
selain dari mencari ilmu yang beber data sekunder yang akan mendukung
penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai kemana ilmu yang
berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai kemana terdapat
kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat, sehingga suatu yang diperlukan
diperoleh informasi dari penelitian terdahulu.
Menelusuri
literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun merupakan kerja kepustakaan
yang sangat diperlukan dalam mengerjakan penelitian. Melalui studi atau kajian
kepustakan akan diperoleh informasi dari
penelitian terdahulu.
Survei
atau kajian teori dapat dikerjakan sebelum atau setelah masalah penelitian
dipilih. Jika studi kepustakaan dilakukan sebelum penelitian masalah,
penelaahan kepustakaan termasuk memperoleh ide tentang maslag apa yang paling up to date untuk dirumuskan dalam
penelitian.
Kajian
teori dapat diperoleh menggunakan sumber
bacaan. Beberapa jenis sumber bacaaan yang dapat digunakan untuk memperoleh
teori-teori yang relevan:
a)
Buku teks
Buku
teks adalah tulisan ilmiah yang dijilid rapi yang diterbitkan dengan interval
yang tidak tentu (Nazir, 2005 :106) buku teks berkenaan dengan suatu bidang
ilmu yang isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai buku wajib dalam
mata kuliah tertentu.
b)
Jurnal
Jurnal
ialah majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil seminar yang
diterbitkan oleh himpunan profesi ilmiah (Nazir, 2005:106). Biasanya
diterbitkan dalam sekali tiga bulan. Atau sekitar 3-4 jilid setahun.
Jurnal
berisi lebih dari satu artikel ilmiah dalam satu volume, yang ditulis oleh
banyak pengarang-pengarang ilmuwan. Ada juga yang berisis hanya
ringkasan-ringkasan artikel dari pengarang yang dinamakan review journal atau abstract
journal.
Review journal
adalah majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang dipersingkat dalam suatu
cabang pengetahuan. Ringkasan artikel itu bukan saja berisi ikhtisar dari hasil
penemuan teapi dimulai dari masalah dan termasuk metode penelitian, review
jurnal diterbitkan secara berkala.
Abstract journal
adalah majalah ilmiah yang berisi singkatan atau ikhtisar dari artikel-artikel
dari jurnal-jurnal terbaru. Artikel singkatan berisi judul, metode serta
singkatan. Artikel yang sudah disingkatkan tidak lebih dari artikel yang baru
diterbitkan oleh jurnal-jurnal, antara 8-10 bulan yang lampau.
c)
Periodical
Menurut
Nazir ( 2005 :107) periodical adalah majalah ilmiah yang diterbitkan secara
berkala oleh lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta yang beirisi
penelitian yang dikerjakan. Banyak periodical yang diterbitkan oleh perguruan
tinggi.
d)
Yearbook
Adalah
buku mengenai fakta-fakta dan statistik setahun diterbitkan tiap tahun oleh
lembaga pemerintah atau swasta. Adakalanya tiap tahun yearbook dikeluarkan
membahas suatu masalah bidang ilmu (Nazir 2005 :107)
e)
Buletin
Nazir
(2005 : 107) menyatakan bahwa buletin adalah tulisan ilmiah pendek yang
diterbitkan secara berkala yang berisi catatan-catatan ilmiah ataupun
petunjuk-petunjuk ilmiah tentang suatu kegiatan operasional. Jika buletin
berisikan satu artikel mengenai hasil penelitian sering disebut
contributions
f)
Circular
Adalah
tulisan ilmiah pendek dan praktis, biasanya dikeluarkan oleh lembaga negara
atau swasta seperti universitas. Lembaga penelitian, dinas-dinas dan sebagainya
(nazir ,2005 :108). Circular tidak diterbitkan dalam interval tertentu.
g)
Leaflet
Berisikan
karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan oleh lembaga negara
atau swasta, dengan interval yang tidak tetap
h)
Annual review
Berisi
ulasan-ulasan tentang literatur ang telah diterbitkan selama masa setahun atau
beberapa tahun yang lampau. Dalam menngunakan anual review ini, maka carilah
annual review yang terbaru, kemudian baru mundur kejilid-jilid sebelumnya.
i)
Off print
Adakalnaya
perpustakaan mendapat kiriman artikel dari pengarang yan terlepas dari majalah
atau dari buku teks.
j)
Reprint
Jika
satu artikel yang sudah dimuat dalam satu majalah ilmiah dan dicetak ulang oleh
penerbit secara terpisah dan diberi sampul bahan demikian dinamakan reprint
k)
Recent advance
Nazir
(2005 :109) menyatakan bahwa recent
advance adalah majalah ilmiah yang berisikan artikel-artikel yang tidak
diperoleh dalam review journal
l)
Bibliografi
Menurut
Nazir (2005 : 109 ) bibliografi adalah buku yang berisi judul-judul artikel
yang membahas bidang ilmu tertentu. Dalam bukku tersebut diberikan judul,
pengarang, tahun penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari sumber mana
artikel tersebut dimuat. Bibliografi ini merupakan buku referensi pada perpustakaan,
dan pembaca dengan membaca buku ini memperoleh petunjuk mengenai
artikel-artikel yang beguna dalam bidang ilmu tertentu, dan dalam buku atau
majalah ilmiah mana artikel tersebut dapat diperoleh.
m)
Handbook
Adalah
buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta yang biasanya
berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu maslah tertentu, ataupun tentang suatu
fenomena yang bersifat umum. Handbook ini bisa saja mempunyai pengarang,
ataupun tanpa pengarang , tetapi dikumpulkan oleh suatu instansi tertentu (Nazir.
2005 :110)
n)
Manual
Adalah
buku petunjuk tentang pengerjakan atau melakukan sesuatu secra terperinci.
Biasanya mengenai suatu masalah praktis, baik dalam mengukur, melakukan
kegiatan atau memakai sesuatu secara benar (Nazir, 2005 :110).
B. Hipotesis
1.
Pengertian Hipotesis
Hipotesis
adalah penyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta
panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keteranga sementara dari
hubungan-hubungan fenomena yang kompleks
Trelease
(Nazir, 2005:151) memebrikan defenisi hipotesis sebagai suatu keterangan
sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan Good dan Scates
(Nazir, 2005 :151) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau
referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan
fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan
sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (Nazir
2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan
dari hubungan antara dua atau lebih variabel
2.
Ciri-Ciri Hipotesis
Kriteria
atau ciri-ciri hipotesis menurut Furchan (2004: 121-129) yaitu:
·
Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
·
Hipotesis harus menyatakan hubungan yang
diharapkan ada diantara variabel-variabel.
·
Hipotesis harus dapat diuji
·
Hipotesis hendaknya konsisten dengan
pengetahuan yang sudah ada
·
Hipotesis hendaknya dinyatakan sederhana
dan seringkas mungkin
Nazir (2005 :152) hipotesis yang baik
itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
·
Hipotesis harus menyatakan hubungan.
Hipotesisi
harus merupakan penyataan terkaan tentang hubungan-hubungan antar variabel. Ini
berarti bahwa hipotesis mengandungdua atau lebih variabel-variabel yang dapat
diukur ataupun secara profesional dapat diukkur. Hipoteisi menspesifikasikan
bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan.
·
Hipotesis harus sesuai dengan fakta
Artinya,
hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas hipotesis
harus dapat dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai
dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang
dinyatakan harus cocok dengan fakta.
·
Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu,
serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan
Hipotesis
juga harus tumbuh dari dan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuna dan berada
dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak pernyataan hipotesis
bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang sudah tidak
berfungsi sama sekali
·
Hipotesis harus dapat diuji baik dengan
nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat
statiska. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduksi
·
Hipotesis harus sederhana
Hipotesis
harus dinyatakan dalam bentuk sederhana dan terbatas mengurangi timbulnya
kesalahpahaman pengertian.
·
Hipotesis harus menerangkan fakta
Hipotesis juga
harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan hubungan-hubungan
fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitka dengan teknik pengujian yang dapat
dikuasai.
Secara umum menurut Nazir (2005 : 153)
hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan,
harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan
Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktifatau induktif untuk
verifikasi. Hipotesis harus sederhana.
3.
Kegunaan Hipotesis
Pentingnya
hipotesis seperti yang dinyatakan Furchan (2004: 115) yang mengungkapkan
setidaknya ada dua alasan yang mengharuskan penyusunan hipotesis. Kedua alasan
tersebut adalah:
a)
Hipotesis yang mempunyai dasar kuat
menunjukan bahwa penliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan
penelitian dibidang itu.
b)
Hipotesis memberikan arah pada
pengumpulan dan penafsiran data. Hipotesis dapat menunjukan kepada peneliti
prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan.
Dalam penelitian hipotesis merupakan hal
yang berguna. Furchan (2004:115) mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian,
yaitu:
a)
Hipotesis memberikan penjelasan
sementara tentang gejala-gejala yang serta memudahkan perluasan pengetahuan
dalam suatu bidang.
b)
Hipotesis memberikan suatu pernyataan
hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian.
c)
Hipotesis pemberikan arahan kepada
penelitian.
d)
Hipotesis memberikan kerangka untuk
melaporkan kesimpulan penyelidikan.
4.
Jenis-Jenis Hipotesis
Nazir
(2005” 153-154) menyatakan bahwa hipotesis dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, dan tergantung dari pendekatan dalam membaginya. Hipotesis dapat dibagi
menjadi sebagai berikut:
a)
Hipotesis hubungan dan pebedaan.
Hipotesis
tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling
berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik kolerasi dan
regresi. Sebaliknya hippotesis ang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan
antarvariabel tertentu disebabkan oleha adanya variabel –variabel yang
berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatif.
Hipotesis tentang
hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis. Secara analitis
menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat yang lainnya.
b)
Hipotesis kerja dan hipotesis nul
Hipotesis
nul diperkenalkan oleh bapak statistikan Fisher, diformulasikan untuk ditolak
sesudah pengujian. Dalam hipotesis ini selalu ada implikasi “tidak ada beda”.
Hipotesis biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Dengan menolak
hipotesis nu biasanya kita menerima hipotesis pasangan yang disebut hipotesis
alternatif. Hipotesis nul biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental..
Hipotesis
kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif didalamnya. Hipotesis kerja
biasanya dirumuskan seperti “andaikata... maka,..”
Hipotesis
kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh peneliti-peneliti ilmu
sosial dalam disain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja,
sipeneliti dapat bekerja dengan mudah da terbimbing dalam memilih fenomena yang
relevan dalam rangka memecahkan masalah-masalah penelitiannya.
c)
Hipotesis tentang ideal vs common sense
Hipotesis
acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common sense( akal sehat) hipotesis ini
biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan.
Sebaliknya,
hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis
ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara
keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan
hipotesis analisis.
5.
Bentuk Rumusan Hipotesis
Menurut
Sugiyono (2001:83-86) menurut tingkatan eksplanasi yanga akan diuji, maa
rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a)
Hipotesis dekriptif,
Menurut
Sugiyono (2001:83) hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu
variabel mandiri tidak membuat perbandingan atau hubungan. Maka hipotesis
(jawaban sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.
Dalam perumusan
hipotesis statistik, antara hipotesis nol denan hipotesis alternatif sealu
berpasangan., bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga
dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya
diterima. Hipotesis dinyatakan melalui simbol-simbol.
Hipotesis statistik
dirumuskan dengan simbol-simbol statistik dan antara hipotesis nol ( Ho) dan
alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasangkan, itu maka daat dibuat
keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.
b)
Hipotesis komparatif
Menurut
Sugiyono (2001:85) hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukan
dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
c)
Hipotesis hubungan (asosiatif)
Sugiyono
(2001:86) meyatakan bahwa hipotesois asosiatif adalah suatu pernyataan yang
menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
6.
Cara Menguji Hipotesis
Menurut
Furchan (2004 : 130-131) untuk menguji hipotesis peneliti harus:
a)
Menarik kesimpulan tentang
konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat
diamati apabila hipotesis tersebut
benar.
b)
Memilih metode-metode penelitian yang
akan memungkinkan pengamatan, eksperimental, atau prosedur lain yang diperlukan
untuk menunjukan apakah akibat-akibat terjadi atau tidak
c)
Menerapkan metode ini serta mengumpulkan
data yag dapat dianalisis untuk menunjukan apakan hipotesis tersebut didukung
oleh data atau tidak.
Bagi seorang peneliti hipotesis bukan
merupakan suatu hal yang menjadi vested
interest, dalam artian bahwa hipotesis harus diterima kebenarannya.
Penolakan hipotesis dapat merupakan penemuan yang positif, karena telah memecahkan ketidaktahuan
universal dan memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik. Hipotesis tidak pernah dibuktikan
kebenarannya tetapi diuji validitasnya.
Untuk menguji hipotesis diperlukan data
atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum
sipeneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang
lua mengenai teori. Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode dan desain
penelitian yang digunakan. Yang penting disadari adalah hipotesis harus diuji
dan dieavaluasikan. Apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau dengan
logika.
Secara umum hipotesis dapat diuji dengan
dua cara, yaitu mencocokan dengan fakta atau mempelajari konsistensi logis.
Dalam menguji hipotesis dengan mencocokan fakta, maka perlu
percobaan-percobaanuntuk memperoleh data, data tersebut kemudian kita nilai
untuk mengetahui apakah hipotesis tersebut cocok dengan fakta atau tidak. Cara
ini biasanya dikerjakan dengan menggunakan diseain percobaan. Jika hipotesis
diuji dengan konsistensi logis, maka sipeneliti memilih suatu desain dimana logika dapat digunakan
untuk menerima atau menolak hipotesis. Cara ini sering digunakan untuk menguji
hipotesis pada peelitian yag menggunakan metode noneksperimental seperti metode
deskriptif, metode sejarah , dan sebagainya.
7.
Penelitian Tanpa Hipotesis
Arikunto
(2002:17) mengatakan semua penelitian pasti berhipotesis. Semua penelitian
diharapkan menentukan jawaban sementarayang aan diuji berdasarkan data yang
diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada dan
butur-butirnya sudah disebutdalam problematika maupu tujuan penerimaan.
Hipotesis
hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu
dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar
diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan
pendapat kedua ini maka mungkin sekali dalam sebuah penelitian, banyaknya
hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian.
Mungkin problematika unsur 1 dan 2
sifatnya deskriptif tidak dikuti dengan hipotesis, tetapi problematika ke 3
dihipotesiskan.
Baca Juga yang Terkait di Sini
Baca Juga yang Terkait di Sini
0 komentar:
Post a Comment