Bab
I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Di
era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia
terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang
semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya
manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas.
Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat
agar anak didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa
ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih
menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru,
dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta
didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung
tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi
fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam
memahami materi pembelajaran fisika
Dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari
guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga
dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak
selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam pengajaran
Pendidik yang
memandang anak didik sebagai
pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang
memandang anak didik sebagai
makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting
untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk
itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu
merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan
beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
Makalah
ini berisi penjelasan mengenai pendekatan dalam pembelajaran. Beberapa
permasalahan akan dibahas antara lain :
1. Pengertian pendekatan dalam pembelajaran
2. Peran pendekatan dalam pembelajaran
3. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran
a.
Pendekatan individual
b. Pendekatan kelompok
c.
Pendekatan bervariasi
d. Pendekatan edukatif
e.
Pendekatan keagamaan
f.
Pendekatan kebermaknaan
4. Tipe-tipe pendekatan
a.
Pendekatan Kontekstual
b. Pendekatan Konstruktivisme
c.
Pendekatan Deduktif
d. Pendekatan Induktif
e.
Pendekatan Konsep
f.
Pendekatan Proses
g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Bab
II
Pembahasan
1. Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran
Interaksi
dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi
belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh
guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator,
guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.
Proses
interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah
bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter
pembelajaran.
Pendekatan
(approach) pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan
pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran, dan
2. Pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach),
dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses
pembelajaran.
2. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi
pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah
metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan
pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah
dicapai.
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang
telah dilaksanakan.
3. Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Pendekatan Individual
Pendekatan
individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya
untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai
arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.
Pendekatan
individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan
siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar
pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap
perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai
kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi,
kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan
juga sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran
individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan
siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan
daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan
yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan
bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan
siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut
ini;
a) mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara
positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling percaya.
b) membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan
non-verbal.
c) membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau
mengambil alih tugas.
d) menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya
atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.
e) menanggani anak didik dengan memberi rasa aman,
penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri
pendekatan individual :
a) Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada
setiap siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak didik sebagai
individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b) Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari
semua anak didik secara individual.
c) Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai,
bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d) Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik
di depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan
dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk
membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.
Oleh
karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar,
interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi
yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut
diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a) memungkin siswa yang lama dapat maju menurut
kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat,
b) mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi
bersifat nyata melalui diskusi kelompok,
c) mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar
perorangan,
d) memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan
pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru,
e) memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
f)
latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang
cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa puas dengan hasil belajar
yang ada,
g) menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan
siswa dan guru,
h) memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai
untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik,
i)
mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap
para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan
kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat
secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a) proses pembelajaran relative memakan banyak waktu
sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b) Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena
perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat
membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam pembelajaran.
c) Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam
manajemen kelas regular secara perorangan, sehingga terjadi kemungkinan
sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.
d) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama
akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut
kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam
kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan
lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu
diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik
saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk
hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,
langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak
didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari
bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan,
yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika
guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah
mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas
belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn
diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok.
Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi
harus mempertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam
pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik,
pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada
aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam
melakukan pendekatan kelompok.
3. Pendekatan Bervariasi
Ketika
guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan
berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi
oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam
belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai
motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang
lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau
dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara
(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari
masalah pelajaran.
Dalam
mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan
suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi
perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya
gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi
kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi
terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya
satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu
terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar
kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu
metode.
Permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan
pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk
setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat
guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun
yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik,
bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena
ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak
didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas
ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi
hokum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah
sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum
yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan
orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila
menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma
agama.
Cukup
banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai
kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng
tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi
suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas
untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu
masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak
berbarisdi depan pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua
kelas. Mereka pun satu persatu masuk kelas, mereka satu persatu menyalami guru.
Semua anak-anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh
diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan
menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan
tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasus
yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis
dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai
kasus yang terjadi selain dapat didekati dengan pendekatan individual,
pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di
ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan
edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,
dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif,
dengan tujuan mendidik.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan
dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak
hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan
penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran.
Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan.
Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan
nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai
dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan
terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng
terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan
agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri
siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi
diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa
adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan
perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan
makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan
demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran,
pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang
memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya
pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.
Bahasa
Inggris adalah bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting
untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan
bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang
digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan
lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah
satu alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru,
yaitu pendekatan kebermaknaan. Ada beberapa konsep penting yang
menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
·
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna
yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
·
Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup
situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran
bahasa yang natural.
·
Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang
berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna
yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
·
Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi
melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun
tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur
bahasa sasaran.
·
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang
menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh
kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang
bersangkutan.
·
Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi
lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang
berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
·
Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan
subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan
kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan
dengan pengajaran.
·
Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai
fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
4. Tipe-tipe pendekatan
a. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan
kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu
sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman
siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The
Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang
bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya
adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di
Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui
Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan
kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak
produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap
siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal. Harus segera ada
pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.
Adapun
yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme,
yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar
menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey
pada awal abad 20 yang lalu.
Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab,
pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas
di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam
pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus
dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya
ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan
siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta dan konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi
sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna
belajar bagi mereka, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka
pelajari adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan
strategi bagaimana belajar daripada pemberi informasi.
Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan
konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan
kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran
yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam
pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,
yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan
merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia
mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun
pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat
memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang
aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu
sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja
secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit
bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam
pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan
b. Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan
kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi
pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara
umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan
sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat
beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky
menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme
sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah
yang utama (konstruktivisme individu).
Para
psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis
individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan
bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
Berbeda
dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara
bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Ciri-ciri
pendekatan konstruktivisme
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,
pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu
sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa
dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta
yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada
keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam
menentukan apa yang mereka pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan
menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan
peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
c. Pendekatan
Deduktif
Pendekatan
deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika
untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.
Pendekatan
deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan
khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan,
prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
d. Pendekatan
Induktif
Berbeda
dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang
bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan
sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan
induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan
kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses
penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
e. Pendekatan
Konsep
Pendekatan
konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi)..
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan
Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh.
Ciri-ciri
suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman
langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan
pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri
tertentu
Kondisi-kondisi
yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir
sesuai denaan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang
benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman
yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
4. Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai
ke yang abstrak.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1. Tahap enaktik
Tahap
enaktik dimulai dari:
a.
Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa
pengalaman baru.
c.
Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2. Tahap simbolik
Tahap
simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf.
kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk
menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan
istilah serta defenisi.
3. Tahap ikonik
Tahap
ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama,
istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
f. Pendekatan Proses
Pendekatan
proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan
proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta
didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
g. Pendekatan
Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan
Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan
proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains
Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun
sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan
perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan
terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan
dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki
bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan
keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi
yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta
didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan
apa yang telah mereka ketahui.
Bab
III
Penutup
A. Kesimpulan
Pendekatan
pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik
di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan
pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Jenis-jenis
pendekatan dalam pembelajaran
a. Pendekatan individual
b. Pendekatan kelompok
c. Pendekatan bervariasi
d. Pendekatan edukatif
e. Pendekatan keagamaan
f. Pendekatan kebermaknaan
Tipe-tipe
pendekatan pembelajaran:
a.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
b. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
c.
Pendekatan Pembelajaran Deduktif
d. Pendekatan Pembelajaran Induktif
e.
Pendekatan Pembelajaran Proses
f.
Pendekatan Pembelajaran Konsep
g. Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan
Masyarakat
B. Saran
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu untuk
mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan
mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.
Daftar
Pustaka
Anonim, 2012 http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-strategi-dan-teknik-pembelajaran-pendidikan/
Syaiful Bahri
Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu
pendekatan teoritis psikologis). Jakarta; Rineka Cipta.
Syaiful Sagala.
2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta
0 komentar:
Post a Comment