PEMBAHASAN DAN SIMULASI TEKNIK-TEKNIK HUBUNGAN KONSELING
PERORANGAN
A. Teknik Transference
Istilah transference
(pemindahan) dalam pengertian yang luas menunjukan pertanyaan perasaan klien
terhadap konselor, apakah berupa reaksi rasional kepada pribadi konselor atau
proyeksi yang tidak sadar dari sikap-sikap dan streteotipe sebelumnya. Secara
psikoanalisa pemindahan merupakan satu proses dimana sikap klien sebelumnya
ditanyakan kepada orang lain atau secara tidak sadar diproyeksi kepada
konselor.
Transference (pemindahan) mengacu kepada perasaan apapun yang
dinyatakan atau dirasakan klien (cinta, benci, marah, ketergantungan) terhadap
konselor, baik berupa reaksi rasional terhadap kepribadian konselor atau pun
proyeksi terhadap tingkah laku awal dan sikap-sikap selanjutnya konselor.
Penyebab terjadinya transference (pemindahan) adalah konselor mampu memahami klien lebih
dari klien memahami diri mereka sendiri dan dikarenakan konselor mampu bersifat
ramah dan secara emosional bersifat hangat. Jenis transference ; positif ( proyeksi perasaan bersifat kasih sayang,
cinta, ketergantungan) dan negative (proyeksi rasa pemusuhan dan penyerangan).
Sumber transference (perpindahan)
perasaan itu berasal dari:
1. Pengalaman-pengalaman masa lalu klien yang mengalami
kegagalan dalam perkembangan yang diistilahkan Gestal dengan situasi yang tak
terselesaikan, klien membawa berbagai alat manipulasi lingkungan, tetapi
cenderung kurang memiliki dukungan dari diri sendiri yang merupakan suatu kualitas penting untuk bertahan.
2. Klien merasa takut akan penolakan dan ketidakpercayaan,
hal ini merupakan bentuk perlawanan, sehingga klien manipulasi konselornya
dengan memakai topeng seolah-olah dia orang yang baik.
Fungsi transference (perpindahan): membantu hubungan dengan memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaan yang menyimpang, mempromosikan atau
meningkatkan rasa percaya diri klien, membuat klien menjadi sadar tentang
pentingnya dan asal dari perasaan ini pada kehidupan mereka di masa sekarang
melalui intepretasi perasaan tersebut.
Dalam psikoterapi perkembangan dan proses pemindahan dipandang
sebagai bagian perubahan kepribadian dalam jangka panjang. Penyelesaian
pemindahan perasaan dapat dicapai apabila konselor menjaga sikap menerima dan
memahami, dan juga menerapkan teknik-teknik refleksi, bertanya dan interpretif.
B.
Teknik Counter Transference
Counter transference (perpindahan
balik) merupakan reaksi emosional dan proyeksi konselor terhadap klien, baik
yang disadari maupun tidak disadari. Timbulnya Counter transference (perpindahan balik) bersumber dari kecemasan
konselor yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Masalah pribadi yang tak terpecahkan.
b. Tekanan situasional yang berkaitan dengan masalah pribadi
konselor.
c. Komunikasi perasaan klien dengan konselor.
Tanda-tanda perasaan counter
transference (pemindah balik):
1) Tidak
memeperhatikan pertanyaan klien dengan jelas.
2) Menolak
kehadiran kecemasan.
3) Menjadi
simpatik dan empatik berlebihan.
4) Mengabaikan
perasaan klien.
5) Tidak
mampu mengidentifikasi perasaan klien.
6) Membuka
kecenderungan berargumentasi dengan klien.
7) Kepedulian
yang berlebihan.
8) Bekerja
terlalu keras dan melelahkan.
9) Perasaan
terpaksa dan kewajiban terhadap klien.
10) Perasaan
menilai klien baik/tidak baik.
Konselor dapat mengatasi perasaan counter transference (pemindahan balik) ini dengan cara sebagai
berikut:
a.
Membatasi sumber
perasaan pemindahan balik.
b.
Meminta bantuan kepada
ahli lain.
c.
Mendiskusikan dengan
klien.
d.
Menyadari diri sendiri.
e.
Rujukan kepada konseling
atau terapi kelompok.
C.
Teknik
Disentisasi
1) Pengertian
Chaplin (1975) menyatakan bahwa
desensitisasi adalah pengurangan sensitifitas yang berkaitan dengan kelainan
pribadi atau masalah sosial selain melalui prosedur konseling.
Munro, dkk (1979) menyatakan bahwa
desensitisasi adalah pendekatan dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku melalui
perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu, menenangkaan
diri, dan membayangkan sesuatu dalam hal ini konselor memberikan suntikan untuk
mengulangi ketaakutan atau kebimbangan yang mendalam dalam suasana tertentu.
Disentisasi yaitu suatu cara untuk
mengurangi rasa takut atau cemas seorang anak dengan jalan memberikan
rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan
tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi (Dalimunthe,
2009).
Prosedur treatmen ini dilandasi oleh
prinsip belajar counterconditioning, yaitu respon yang tidak diiinginkan
digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil latihan yang
berulang-ulang. Teknis desentisasi ini sangat efektif untuk menghilangkan rasa
takut atau fobia.
Prinsip macam terapi ini adalah
memasukan suatu respon yang bertentangan
dengan kecemasan yaitu reaksi. Petama-tama subyek dilatih untuk relaksasi
dalam, salah satu caranya misalnya secara progresif merelaksasi berbagai otot,
mulai dari otot kaki, pergelangan kaki, kemudian keseluruh ktubuh, leher dan
wajah.
Pada tahap selanjutnya ahli terapi
membentuk hirarki situasi yang menimbulkan kecemasan pada subyek dari situasi
yang menghasilkan kecemasan paling kecil sampai situasi yang paling menakutkan.
Setelah itu subyek diminta releks sambil mengalami atau membayangkan tiap
situasi dalam hirarki yang dimulai dari yang paling kecil menimbulkan kecemasan
(Purnama, 2008).
Disentisasi adalah salah satu teknik
yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Disentisasi sistemastik
digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan ia
menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku
yang hendak dihapuskan itu. Dengan pengkondisian klasik, respon-respon yang
tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap (Marfiati, 2009).
2) Penggunaan Desensitisasi
Dibenarkan jika klien mempunyai
kemampuan/keterampilan menangani situasi atau performasi kegiatan tetapi
menghindari situasi atau melakukan performasi tetapi kurang memadai karena
klien merasa cemas.
3) Jenis-jenis Desensitisasi
Tahap ini yang akan dibicarakan
adalah desensitisasi yang diterapkan terhadap klien secara perorangan yang
dipandu oleh konselor, jenis-jenisnya antara lain:
a. Desensitisasi dilaksanakan secara kelompok.
b. Desensitisasi dilaksanakan sendiri oleh klien.
c. Desensitisasi “invivo”.
D.
Teknik Sensitisasi
Sensitisasi berasal dari kata sensitif adalah peka
terhadap suatu rangsangan. Teknik sensitisasi adalah teknik yang digunakan
terhadap klien kurang sensitif terhadap sesuatu, sehingga dilatih untuk lebih
sensitif lagi.
Ø Tujuan
·
Agar klien lebih peka /
sensitif terhadap hal yang dirasakan klien bahwa ia kurang peka/sensitif.
·
Agar klien lebih KES
dengan kondisi dirinya.
·
Agar klien lebih dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Green menggambarkaan teknik yang digunakan terhadap klien
yang sangat sensitif atau dengan kata lain mengalami trauma yang berlebihan
terhadap sesuatu.
Ø Tujuan
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku
melalui perpaduan beberapa teknik diantaranya:
·
Memikirkan sesuatu
·
Menenangkan diri
·
Membayangkan sesuatu
·
Hingga akhirnya dapat
mengurangi ketakutan atau kebimbangan yang mendalam suasana tertentu.
Ø Langkah-langkah sensitisasi
·
Klien mengetahui kondisi
yang rasa kurang sensitif.
·
Konselor mengurutkan
kondisi yang dapat membuat klien lebih sensititif atau mulai dari yang
tertinggi hingga terendah.
·
Konselor membahas
bersama klien satu persatu.
KEPUSTAKAAN
S. Willis, Sofyan. 2007. Konseling Individual-teori dan praktek. Bandung: Alfabeta
Munro, C.A dkk. 1979. Konseling:
Suatu Pendekatan Berdasarkan Keterampilan
(terjemahan Erman Amti). Jakarta: Ghalia
Indonesia
0 komentar:
Post a Comment