PENEMUAN NON ILMIAH
Ada beberapa cara dalam menemukan kebenaran melalui pendekatan non ilmiah,
yaitu melalui : kebetulan, trial and error, otoritas, spekulatif, akal sehat,
prasangka, dan intuisi.
1.
Penemuan kebenaran secara kebetulan
Suatu peristiwa yang tidak disengaja kadang-kadang
ternyata menghasilkan suatu kebenaran yang menambah perbendaharaan pengetahuan
manusia, karena sebelumnya kebenaran itu tidaklah diketahui. Sepanjang sejarah
manusia, penemuan secara kebetulan itu banyak tidak terjadi, dan banyak
diantaranya yang sangat berguna. Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa
rencana, tidak pasti serta tidak melalui langkah-langkah yang sistematik dan
terkendali (terkontrol).
Anda pasti pernah membaca atau mendengar, salah satu
contoh penemuan secara kebetulan adalah tentang peristiwa yang dialami seorang
Indian yang menderita penyakit demam dengan panas yang tinggi. Yang
bersangkutan dalam keadaan tidak berdaya terjatuh pada aliran sebuah sungai
kecil yang airnya kelihatan berwarna hitam. Setelah berulang kali meminum air
sungai yang terasa pahit itu, ternyata secara berangsur-angsur yang
bersangkutan menjadi sembuh. Kemudian diketahuilah bahwa air yang berwarna
hitam itu ternyata disebabkan oleh sebatang pohon kina yang tumbang di hulu
sungai sebagai sebab yang sebenarnya dari kesembuhan orang tersebut. Dari
kejadian yang tidak disengaja atau kebetulan itu, akhirnya diketahuilah bahwa
kina merupakan obat penyembuh demam yang disebut malaria.
Cara menemukan kebenaran seperti tersebut di atas
bukanlah cara yang sebaik-baiknya, karena manusia bersifat pasif dan menunggu,
bagi ilmu, cara tersebut tidak mungkin membawa perkembangan seperti diharapkan,
karena suatu kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti, datangnya
tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan terarah. Oleh karena itu caran
ini tidak dapat diterima sebagai cara ilmiah
dalam metode keilmuan untuk menggali kebenaran penegtahuan.
2.
Penemuan kebenaran dengan trial and error
Mencoba sesuatu
secara berulang-ulang, walaupun selalu menemukan kegagalan dan akhirnya
menemukan suatu kebenaran disebut cara kerja trial and error. Dengan cara ini seseorang telah aktif melakukan
usaha untuk menemukan sesuatu, meskipun sebenarnya tidak mengetahui dengan
pasti tentang sesuatu yang ingin dicapainya sebagai tujuan dalam melakukan
percobaan itu. Penemuan coba-coba (trial
and error) diperoleh tanpa kepastian akan diperolehnya sesuatu kondisi
tertentu atau pemecahan sesuatu masalah. Usaha coba-coba pada umumnya merupakan
serangkaian percobaan tanpa kesadaran akan pemecahan tertentu. Pemecahan
terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha yang
berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju, dari pada yang mendahuluinya.
Penemuan secara kebetulan pada umumnya tidak efisien dan tidak terkontrol.
Dari satu percobaan
yang gagal, dilakukan lagi percobaan ulangan yang mengalami kegagalan pula.
Demikian dilakukan terus percobaan demi percobaan dan kegagalan demi kegagalan,
tanpa terasa putus asa sehingga akhirnya sebagai suatu surprise dari serangakain percobaan itu ditemukan suatu kebenaran.
Kebenaran yang menambah perbendaharaan pengetahuan, yang kebenarannya semula
tidak diduga oleh yang bersangkutan.
Anda mngkin masih
ingat salah satu contoh yang dicobakan oleh Robert Kock dengan mengasah kaca
hingga terbentuk sebagai lensa, yang mampu memperbesar benda-benda yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang, kaca-kaca itu diasah tanpa mengetahui
tujuannya. Akhirnya ternyata lensa yang ditemukan itu telah mendasari pembuatan
mikroskop, yang pada giliran berikutnya melalui trial and error telah mengantarkan yang bersangkutan pada
keberhasilan menemukan basil atau kuman penyakit Tuberculose (TBC).
Sebagaimana dikatakan
di atas cara ini sudah menunjukan adanya aktvitas manusia dalam mencari
kebenaran, walaupun lebih banyak mengandung unsure-unsur untung-untungan.
Disamping itu cara tersebut kerap kali memerlukan waktu yang lama karena
kegiatan mencoba itu tidak dapat direncanakan, tidak terarah dan tidak
diketahui tujuannya. Dengan kata lain cara ini terlalu bersifat meraba-raba,
tidak pasti dan tanpa pengertian yang jelas. Oleh karena itulah maka cara trial and error tidak dapat diterima
sebagai metode keilmuan dalam usaha mengungkapkan kebenaran ilmu, terutama
karena tidak memberikan jaminan untuk sampa pada penemuan kebenaran yang dapat
mengembangkan ilmu secara sistematik.
3.
Penemuan kebenaran melalui otoritas atau kewibawaan
Di dalam masyarakat, kerapkali ditemui orang-orang yang
karena kedudukan pengetahuannya sangat dihormati dan dipercayai. Orang tersebut
memiliki kewibawaan yang besar di lingkungan masyarakatnya. Banyak pendapatnya
yang diterima sebagai kebenaran. Kepercayaan pada pendapatnya itu tidak saja karena
kedudukannya di dalam masyarakat itu, misalnya sebagai pemimpin atau pemuka
adat atau ulama dan lain-lainnya, tetapi dapat juga karena keahliannya dalam
bidang tertentu. Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya telah
menempuh pendidikan formal tertinggi atau mempunyai pengalaman kerja ilmiah
dalam suatu bidang yang cukup banyak. Pendapat-pendapat mereka sering diterima
orang tanpa diuji, karena dipandang benar. Ada kalanya, atau bahkan sering,
pendapat mereka itu kemudian ternyata tidak benar, karena pendapat tersebut
tidak diasalkan dari penelitian , melainkan hanya didasarkan atas pemikiran
logis. Kiranya jelas, bahwa pendapat-pendapat sebagai hasil pemikiran yang
demikian itu akan benar kalau premise-premisenya benar.
Kembali ke masa lampau, Anda pasti mengenal teori evolusi
dari Darwin, yang selama ini diakui kebenarannya oleh banyak orang, tiada lain
karena yang bersangkutan dipandang ahli dibidangnya sehingga mampu meyakinkan
tentang kebenaran teorinya walaupun tidak bertolak dari pembuktian ilmiah
melalui fakta-fakta pengalaman. Di samping itu banyak tokoh-tokoh sejarah yang
karena memiliki otoritas atau kewibawaan di lingkungan masyarakatnya, berbagai
pendapat yang dikemukakannya dipandang sebagai kebenaran, walaupun berlkunya terbatas
selama jangka waktu tertentu. Misalnya, Hitler dengan teorinya tentang ras Asia
sebagai ras yang terbaik di dunia. Sukarno sebagai presiden di zamannya dengan
berbagai teorinya mengenai politik,
kemasyarakatan, ekonomi, dan lain-lainnya.
Pendapat-pendapat seperti itu kerapkali berguna juga,
terutama dalam meransang dan memberi landasan bagi usaha penemuan-penemuan baru
di kalangan ornag-orang yang menyangsikannya. Akan tetapi cara ini pun tidak
dapat diterima sebagai cara ilmiah dalam metode keilmuan karena lebih banyak
diwarnai oleh subjektivitas dari orang yang mengemukakan pendapat tersebut.
4.
Penemuan kebenaran secara spekulatif
Cara ini mengandung kesamaan dengan cara trial and error karena mengandung unsure
untung-untungan dalam menari kebenaran. Oleh karena itu cara ini dapat
dikategorikan sebagai trial and error yang
teratur dan terarah. Dalam prakteknya seseorang telah memulai dengan menyadari
masalah yang dihadapinya, dan mencoba meramalkan berbagai kemungkinan atau
alternative pemecahannya. Kemudian tanpa meyakini betul-betul tentang ketepatan
salah satu alternative yang dipilihnya ternyata dicapai suatu hasil yang
memuaskan sebagai suatu kebenaran. Dengan kata lain yang bersangkutan memilih
salah satu dari beberapa kemungkinan pemecahan masalah itu, walaupun tanpa
meyakini bahwa pilihannya itu sebagai cara yang setepat-tepatnya. Cara
spekulatif seperti itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Dalam hubungan
ini sering ditemui orang yang pandangan atau intuisinya tajam, yang
memungkinkan penggunaan cara spekulatif dalam menanam sejenis tanaman di tanah
gambut. Dari penanaman yang cukup banyak untuk jangka waktu tertentu, ternyata
dihasilkannya suatu kebenaran bahwa jenis tanaman tersebut dapat tumbuh subur
di atas tanah gambut atau sebaliknya.
Di atas
telah dikemukakan bahwa cara ini mengandung unsur untung-untungan yang sangat
dominan, sehingga tidak efektif untuk dipergunakan dalam mengungkap kebenaran
ilmiah. Unsur untung-untungan itu mengakibatkan cara menemukan kebenaran lebih
bersifat meraba-raba, sehingga kemungkinan gagal lebih besar dari pada
keberhasilan menemukan kebenaran sebagaimana diharapkan. Salah satu contoh dari
untung-untungan adalah ketika pemerintah menyediakan proyek penanaman tanah
gambut untuk ditanami dengan pohon yang produktif. Setelah diolah ternyata
mengalami kegagalan, karena masih memerlukan teknologi yang lebih canggih untuk
pengolahan tanahnya.
Contoh lain,
bagi Anda yang hidupnya dalam lingkungan pertanian pernah mengenal ubi Cilembu
yang terkenal karena manisnya. Ada beberapa petani yang mencoba mananam ubi
Cilembu di luar daerah Sumendang dengan harapan bisa menghasilkan ubi yang
manis, akan tetapi setelah panen ternyata hasilnya tidak sama dengan yang
aslinya.
5.
Akal sehat
Akal sehat dan ilmu adalah dua hal yang berbeda sekalipun
dalam batas tertentu keduanya mengandung persamaan. Menurut Conant yang dikutip
Kerlinger (1973:3) akal sehat adalah serangkaian konsep (concepts) dan bagan konseptual (conceptual
schemes) yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep
adalah kata-kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal
yang khusus.
Bagan konsep adalah seperangkat konsep yang dirangkaikan
dengan dalil-dalil hipotesis dan teoritis. Walaupun akal sehat yang berupa
konsep dan bagan konsep itu dapat menunjukan hal yang benar, namun dapat pula menyesatkan. Sebagai tenaga pendidik,
Anda pernah melihat, mendengar tau mengalami tentang hukuman dan ganjaran dalam
pendidikan. Pada abad ke-19 menurut akal sehat yang diyakini oleh banyak
pendidik, hukuman adalah alat utama dalam pendidikan. Penemuan ilmiah tenyata
membantah kebenaran akal sehat tersebut. Hasil-hasil penelitian dalam bidang psikologi
dan pendidikan menunjukan bahwa bukan hukuman yang merupakan alat utama dalam
pendidikan, melainkan ganjaran. Melalui hukuman dapat berdampak rasa tertekan
pada anak, sedangkan dengan ganjaran
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, sehingga potensi anak dapat
berkembang.
6.
Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh
kepentingan orang yang melakukannya. Hal yang demikian itu menyebabkan akal
sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat, orang cenderung
mempersempit pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya itu, dan
cenderung mengkambing-hitamkan orang lain atau menyokong sesuatu pendapat.
Orang sering tidak mengendalikan keadaan yang juga dapat terjadi pada keadaan
lain. Orang sering cenderung melihat hubungan antar dua hal sebagai hubungan
sebab-akibat yang langsung dan sederhana, padahal sesungguhnya gejala yang
diamati itu merupakan akibat dari berbagai hal. Dengan akal sehat orang
cenderung kearah pembuatan generalisasi yang terlalu luas, kemudian merupakan
prasangka.
7.
Pendekatan Intuitif
Dalam pendekatan intuitif orang menentukan “pendapat”
mengenai sesuatu berdasar atas “pengetahuan” yang langsung atau didapat dengan
cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak difikirkan lebih dahulu.
Dengan intuisi orang memberikan penilaian tanpa didahului sesuatu renungan.
Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Di sini tidak
terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali.
Metode yang demikian itu bisa disebut metode a-priori.
Dalil-dalil seseorang yang a-priori cocok dengan penalaran, belum tentu cocok
dengan pengalaman atau data empiris.
Anda mungkin sempat menyaksikan televise tentang jatuhnya
benda angkasa yang menghantam beberapa rumah sampai hancur. Dengan jatuhnya
benda angkasa tersebut Anda langsung percaya bahwa di atas bumi ada berbagai
benda yang satu waktu bisa turun ke bumi.
PENEMUAN ILMIAH
Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
Sejarah umat manusia untuk menemukan
kebenaran, berkembang dari waktu ke waktu kearah suatu cara penemuan yang lebih
baik, dalam arti cara-cara baru itu memiliki kredibilitas yang lebih baik dari
cara-cara sebelumnya. Ketidakpuasan masyarakat terhadap cara-cara unscientific, menyebabkan masyarakat
menggunakan cara berfikir deduktif,
dan cara berfikir induktif. Namun
kedua cara ini juga tidak memuaskan banyak orang, terutama dalam menyikapi
kebenaran masing-masing. Selanjutnya orang memadukan cara berfikir deduktif dengan cara berfikir induktif, kemudian melahirkan cara
berfikir semacam ini mengambil ruang di antara berfikir deduktif dan berfikir induktif.
Proses berfikir refleksi ini pernah diperkenalkan John Dewey melalui
langkah-langkah berikut ini: The felt need, the hypothesis, collection of
data as avidance, concluding belief, general value the conclusion.
Langkah-langkah yang ungkapkan oleh
John Dewey tersebut mengandung makna sebagai berikut :
a.
The felt need,
yaitu adanya sesuatu kebutuhan
Seseorang merasakan adanya sesuatu kebutuhan yang mendorong perasaannya
sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
b.
The problem,
yaitu menetapkan masalah
Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the
felt need di atas, selanjutnya
diteruskan dengan merumuskan, menentapkan dan membatasi permasalahan atau
kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarynya yang sedang dialaminya, bagaimana
bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
c.
The hypothesis,
yaitu menyusun hipotesis
Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan
masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah
meulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada
jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya
mampu berteori dan berhipotesis.
d.
Collection of data as avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian
Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara
berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia
dari waktu ke waktu telah berkembang dari yang sederhana menjadi yang sangat
kompleks; dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai
dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman
orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat
oleh orang sebelumnya. Salah satu alternative adalah membuktikan sendiri hipotesis
yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan
mengujinya sendiri. Karenanya orang membutuhkan informasi dan berbagai data
untuk kebutuhan tersebut. Kemudian data-data ini dihubung-hubungkan satu dengan
lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan
analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang
mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
e.
Concluding belief,
yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya
berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah
kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
f.
General value the conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum
Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja
berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu,
maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya, tetapi juga kesimpulannya dapat
berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan tertentu
dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun yang
akan dating.
g.
Melalui penyelidikan ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dipandang cara ilmiah adalah melalui metode
penyelidikan. Seorang penulis telah merumuskan pengertian penyelidikan di sini
sebagai “a method of study by which
through the careful and echaustive investigation of all acertainble evidence
bearing upon a definable problem, we reach a solution to that problem.
Peneylidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf
keilmuan. Penyaluran sampai pada taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan
bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang nampa dicari
penjelasannya secra ilmiah. Sebab akibat bukan satu masalah gaib, bukan sebuah
permainan kira-kira, bukan pula suatu yang diterima atas otoritas. Dengan sikap
yang berbeda ini, manusia telah berhasil menerangkan berbagai gejala yang
Nampak dan menunjukan pada sebab-musabab yang sebenarnya dari satu atau
serentetan akibat.
Sejalan dengan sikap itu, maka metode penyelidikan hanya akan menarik dan
membenarkan suatu kesimpulan apabila telah dibentengi dengan bukti-bukti yang
meyakinkan, bukti-bukti mana dikumpulkan melalui prosedur yang sistematik,
jelas dan dikontrol.
Sebagai jalan untuk memecahkan suatu masalah, orang mempergunakan cara-cara
berfikir reflektif dengan prosedur yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat
sepihak (subjektif) melainkan sikap objektif, langkah-langkah pada pkoknya
terdiri dari (1) perumusan masalah dan tujuannya, (2) penetapan postulat dan
hipotesa, (3) penetapan metode kerja, (4) pengumpulan data, (5) pengolahan
data, (6) penyimpulan penyelidikan, serta akhirnya (7) publikasi hasil
penyelidikan.
Pendekatan Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh dengan pendekatan ilmiah diperoleh melalui
penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori tertentu. Teori itu berkembang
melalui penelitian ilmiah, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol dan
berdasarkan atas data empiris. Teori itu dapat di uji (di tes) dalam hal
keajegan dan kemantapan iternalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan
orang lain menurut langkah-langkah yang serupa pada kondisi yang sama akan
diperoleh hasil ajeg (consistent),
yaitu hasil yang sama atau hampir sama dengan hasil terdahulu. Langkah-langkah
penelitian yang teratur dan terkontrol itu telah terpolakan dan, sampai batas
tertentu diakui umum. Pendekatan ilmiah akan menghasilkan lesimpulan yang
serupa bagi hampir setiap orang, karena pendekatan tersebut tidak diwarnai oleh
keyakinan pribadi, bias, dan perasaan, cara penyimpulannya bukan subjektif,
melainkan objektif.
Langkah-langkah penelitian ilmiah secara umum dimaksud adalah sebagai
berikut:
a.
Perumusan dan
batasan masalah serta tujuan penelitian
b.
Merangkai dan
menetapkan kerangka teori sebagai titik tolak pemikiran, melalui kegiatan
penelaahan atau studi kepustakaan
c.
Merumuskan kerangka
konsep sebagai gambaran umum kemungkinan pemecahan masalah
d.
Merumuskan
hipotesis sebagai dugaan pemecahan yang bersifat sementara berdasarkan kerangka
konsep yang merupakan juga sebagai kesimpulan umum yang akan dirumuskan apabila
ternyata benar. Hipotesis dirumuskan sebagai jawaban atas kesimpulan sementara
dari masalah yang dihadapi dan masih harus di uji kebenaran atau ketidakbenarannya.
e.
Memilih dan
menetapkan metode atau cara kerja, lengkap dengan teknik dan alat pengumpul
datanya, termasuk juga menentukan sumber data (populasi dan sampel)
f.
Pengumpulan dan
pengolahan data atau analisis data
g.
Menguji hipotesis
untuk merumuskan kesimpulan sebagai hasil penelitian diiringi pula dengan
penjabaran implementasi-implementasi hasil penelitian yang dapat dipergunakan
dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang berhubungan dengan bidang yang
diselidiki dalam kehidupan sekarang dan di masa mendatang
h.
Publikasi hasil
penelitian dalam bentuk dan tata tulis ilmiah agar mudah dikomunikasikan dengan
pihak yang memerlukannya, baik mengenai aspek-aspek yang teoritis maupun
praktis.
Sifat Penelitian Ilmiah
Sebelumnya, perlu diperhatikan bahwa individu yang akan melaksanakan suatu
karya ilmiah hendaknya telah berpola pikir ilmiah, yaitu memiliki sikap skeptic,
analitis, dan kritis.
a.
Berfikir skeptis,
yaitu selalu mencari fakta atau bukti yang mendukung setiap pernyataan,
b.
Berfikir analitis
adalah sikap yang mendasarkan pada analisis dalam setiap persoalan dan memilih
yang relevan serta utama.
c.
Berfikir kritis,
yaitu setiap memecahkan persoalan selalu berpijak pada logika dan objektifitas
data atau fakta.
Syarat penelitian ilmiah:
a.
Permasalahan dan
tujuan penelitian harus didefenisikan secara jelas dan ambigu. Rumusan masalah
harus rinci mencari unsur-unsur yang akan diteliti.
b.
Prosedur penelitian
yang digunakan harus jelas dan terbuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk
mengulangi penelitian.
c.
Dengan penelitian
harus terencana dan sistematis agar hasilnya nanti objektif dan valid.
d.
Analisis data harus
memadai untuk mengungkapkan permasalahan dan metode analisis yang digunakan
harus sesuai dengan problem penelitian. Validitas data, criteria signifikansi
dan probabilias kesalahan dalam uji statistic harus diduga sehingga tingkat
relevansi kesimpulan yang akan ditarik tinggi.
e.
Kesimpulan harus
didukung oleh data dan haisl analisis yang akurat. Kesimpulan harus terbatas
pada masalah yang diteliti tanpa memasukkan unsur pengalaman pribadi peneliti
yang tidak relevan dengan permasalahan penelitian.
Pencarian Ilmiah
Pencaraian ilmiah (scientific inquiry)
adalah suatu kegiatan untuk pengetahuan dengan menggunakan metode-metode yang
diorganisasikan secara sistematis, dalam mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan data. Pengertian ilmiah berbeda dengan ilmu. Ilmu merupakan
struktur atau batang tubuh pengetahuan yang telah tersusun, sedangkan ilmiah
adalah cara mengembangkan pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan suatu cara pengkajian yang berisi proses dengan
langkah-langkah tertentu. Mc Millan dan Schumacher (2001) membaginya atas 4
langkah, yaitu:
a.
Define a problem
b.
State the hipotesis to be tested
c.
Collect and analiyze data, and
d.
Interprete the result and draw conclusions about the
problem
Hampir sama dengan Mc Millan dan Schumacher, John Dewey membagi
langkah-langkah pencarian ilmiah disebut sebagai “reflective thinking”, atas lima langkah, yaitu:
1.
Mengidentifikasi
masalah
2.
Merumuskan dan
membatasi masalah
3.
Menyusun hipotesis
4.
Mengumpulkan dan
menganalisis data
5.
Menguji hipotesis
dan menarik kesimpulan.
Pencarian Berpola
Pencarian berpola (disciplined
inquiry), merupakan suatu prosedur pencarian dan pelaporan dengan
menggunakan cara-cara dan sistematis tertentu, disertai penjelasan dan alasan
yang kuat. Pencarian berpola bukan merupakan suatu pencarian yang bersifat
sempit dan mekanistis, tetapi mengikuti prosedur formal yang telah standar.
Prosedur pencarian ini pada tahap awalnya bersifat spekulatif dan mencoba
menggabungkan ide-ide dan metode-metode, kemudian menuangkan ide-ide dan metode
tersebut dalam suatu prosedur yang baku. Laporan dari pencarian berpola berisi
perpaduan antara argument yang didukung oleh data dengan proses nalar, yang
disusun dan dipadatkan menghasilkan kesimpulan yang berbobot.
Pencarian berpola terutama dalam ilmu sosial termasuk pendidikan, bukan
hanya menunjukkan pengkajian yang sistematik, tetapi juga pengkajian yang
sesuai dengan disiplin ilmunya. Tiap disiplin imu mempunyai cara pencarian
sendiri yang sesuai dengan karakteristik disiplin ilmunya. Bidang sains,
umpamanya banyak meggunakan metode eksperimen, sedang atropologi menggunakan
mentode kualitatif. Pendidikan kebanyakan menggunakan metode eksperimen,
tindakan, penlitian dan pengembangan dan juga kualitatif.
Baca Juga yang Terkait di Sini
Baca Juga yang Terkait di Sini
1 komentar:
Poker with friends on the move - JTM Hub
It's been nearly two months 울산광역 출장샵 since I signed up for a new poker room at JTM's online poker site and 거제 출장마사지 now I play a game 대전광역 출장샵 every night, 영주 출장샵 at least twice a week. 용인 출장마사지
Post a Comment